Hashim Ungkit Masa Lalu Edhy
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA – Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo akhirnya angkat bicara soal tertangkapnya Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Secara tegas, ia mengutuk keras korupsi tersebut. Bahkan, mengungkit latar belakang Edhy 25 tahun silam. Hashim mengatakan, Edhy telah mengecewakan Prabowo yang telah membantunya untuk menempati posisi menteri tersebut. Bahkan, Hashim mengatakan jika Prabowo mengangkat Edhy dari selokan. “Dia sangat kecewa dengan anak yang dia angkat dari selokan 25 tahun lalu. Saya, Edhy sudah kenal lama. Saya tidak menduga jika Edhy melakukan itu. Dulu dia itu pengangguran sebelum seperti sekarang. Dia itu orangnya baik,” kata hashim saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (4/12). Terlebih, keluarga Hashim juga dikaitkan dengan permasalahan yang membelit Edhy. Hashim mengaku sangat kecewa. Kata dia, keluarganya dikait-kaitkan dengan kasus korupsi benih lobster atau benur tersebut. Ia melanjutkan, PT Bhima Sakti Mutiara hanya memiliki izin budidaya lobster. Bukan izin ekspor. Bahkan ia mengaku merasa difitnah atas tuduhan yang menyangkut usahanya tersebut. Hashim menceritakan, jika perusahaan tersebut adalah bisnisnya dibidang kelautan sejak 1986. Bidang usahanya, meliputi budidaya mutiara, teripang, kepiting dan kerapu. “Awaknya timbul ide untuk usaha di luar mutiara. Ada lobster, teripang yang menyangkut kelautan,” terangnya. Ia juga mengaku tidak pernah melakukan pengajuan izin atau niat untuk melakukan benih lobster. Alasannya, hal itu pernah dilarang oleh Menteri Kelautan sebelumnya Susi Pudjuastuti. Hanya saja, ia mengaku pernah meminta Edhy untuk membuka keran ekspor. Hal ini agar tidak menjadi celah sebagian kalangan untuk memonopoli bisnis benih ekspor tersebut. “Tahun lalu saya wanti-wanti. Saya usulkan untuk memberikan izin sebanyak-banyaknya. Ed buka saja sampai 100 karena Prabowo tidak mau monopoli. Dan Gerindra juga tidak suka,” beber adik Prabowo tersebut. Sebelumnya, akademisi Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing juga menyikapi tertangkapnya Edhy Prabowo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia mengemukakan dua pemikirannya. Yang pertama, pengganti menteri yang tersandung kasus korupsi, tidak algi dari partai yang sama. “Saya menyarankan kepada Bapak presdien agar tidak mengangkat menteri pengganti dari partai yang sama sebagai punishment (hukuman) dan memberi efek jera,” kata pria yang juga menjabat Direktur Eksekutif Emrus Corner ini. Ia melanjutkan, menurutnya, sudah mendesak disatukan semua inspektorat-inspektorat dalam satu kementerian tersediri yangg dipimpin seorang menteri. Sehingga tidak menjadi subordinat menteri seperti yang terjadi sampai saat ini. “Dengan demikian, kementerian inspektorat ini punya gigi mengawasi semua kementerian, termasuk mengontrol perilaku menteri jika kemungkinan melakukan penyimpangan, seperti perilaku koruptif,” tandasnya. (khf/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: