Hujan Telur Busuk di Gedung KPK
JAKARTA - Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kuningan, Jakarta Selatan diguyur hujan telur busuk. Hujan yang menimbulkan bau tak sedap tersebut datang dari massa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang melakukan aksi, Senin (23/9). Mereka menuntut agar pimpinan KPK jilid IV (Agus Rahardjo Cs) segera diberhentikan. Selain itu meminta agar komisioner KPK periode 2019-2023 segera dilantik. Mereka juga mendukung pengesahan revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK). Massa yang berjumlah puluhan itu mulai mendatangi Kantor KPK sekitar pukul 16.00 WIB. Mereka mengenakan atribut biru serta membawa sejumlah bendera berwarna kuning khas PMII. \"KPK telah membuat citra siapa yang berdemonstrasi merupakan pembela koruptor,\" ujar Sekreraris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar (PB) PMII Sabolah Al Kalamby di atas mobil orasi. Tak hanya berorasi, massa juga sempat membakar ban, melempar telur busuk, serta merusak barikade kawat berduri yang dipasang aparat kepolisian di sekitar gedung KPK. Selain mendesak mundur, massa juga meminta bertemu dengan pimpinan KPK aktif untuk melakukan mediasi. Namun, permintaan tersebut urung terjadi. Diketahui, hingga pukul 19.00 WIB, massa masih berkumpul di depan Kantor KPK. Mereka belum memutuskan membubarkan diri. Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Bastoni Purnama mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya negosiasi secara persuasif dengan massa aksi untuk segera membubarkan diri. Ia menambahkan, massa pun bersepakat untuk bubar usai membacakan tuntutan. \"Kita mengedepankan secara persuasif. Karena kita menghindari konflik sekecil mungkin. Karena bagaimana pun mereka adik-adik kita, mahasiswa kita, kita pakai pendekatan secara persuasif,\" ucap Bastoni. Bastoni menyampaikan, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya preventif untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang setiap hari berlangsung di depan Kantor KPK. Upaya tersebut berupa pemasangan barikade kawat berduri dan penyiagaan aparat gabungan. \"Kita tetap menggunakan pola-pola yang sama tapi mungkin strateginya akan diubah, disesuaikan dengan situasi besok. Aparat yang sekarang dikerahkan ada 1.300 personel,\" tuturnya. (riz/gw/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: