Industri Rumahan Pembuat Sapu Terkena Dampak Covid-19
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG- Dusun Keprekan Desa Bojong Kecamatan Mungkid, cukup kondang sebagai pusat industri rumahan terkait dengan produk sapu. Ditempat tersebut terdapat 135 kepala keluarga, yang mana 92 persen adalah perajin sapu. \"Sudah sejak dulu, untuk jelasnya tidak tahu, karena keterampilan pengerajin ini diwariskan turun-temurun. Dan bisa dikatakan ini adalah home industri, yang mana mayoritas dikerjakan oleh masing-masing keluarga, termasuk keluarga saya,\" ucap Ketua RT 3, Dusun Keprekan Desa Bojong Mungkid, Arif Hermawan, Minggu (11/10/2020). Terkait dengan pandemi covid 19 ini, geliat usaha rumahan industri sapu tersebut juga terkena dampaknya. Namun hal tersebut tidak serta merta membuat industri rumahan tersebut terpuruk. \"Sedikit banyak pandemi Covid 19 membawa pengaruh terhadap produksi sapu ditempat kami. Namun seiring waktu permintaan sapu masih terus ada meskipun ada penurunan. Biasanya mau lebaran dan masuk sekolah, permintaan sapu naik, karena sapu digunakan untuk oleh oleh Lebaran. Karena kemarin mudik sepi ditambah sekolah tidak masuk, permintaan menjadi menurun,\" terang Arif. Baca Juga Sudah 4 Kali Simulasi, KPU Belum Temukan Format Pemungutan Suara yang Tepat Rata-rata satu perajin mampu memproduksi sapu antara 50 hingga 100 buah. Harga rata-rata mulai dari 10 ribu, hingga 32 ribu, karena masing-masing rumah kualitasnya berbeda, ketebalannya berbeda. Adapun produk sapu dari Dusun Keprekan Desa Bojong Kecamatan Mungkid, selain mencukupi permintaan lokal dan luar kota, juga diekspor ke luar negeri, diantaranya India, Jerman, Amerika, Thailand, Dubai. \"Uniknya setiap rumah atau setiap perajin mempunyai pangsa pasar atau link sendiri-sendiri. Dan produk sapunya menyesuaikan masing-masing pelanggan, terkait permintaan kualitas serta harga,\" ungkap Arif. Adapun bahan baku sapu terbuat dari Rayung, yang dibeli dari Banjarnegoro. Untuk gagang sapu dari Bambu Wonosobo, paku tali dari pabrik. \"Bahan sapu ini dari rayung, bukan dari ijuk. Warna rayung cenderung kuning cerah, sedangkan ijuk berwarna hitam. Sayangnya rayung sebagai bahan baku masih didatangkan dari luar daerah. Adapula bahan rayung dari lereng Merapi Merbabu, tekstur rayung lebih kaku, warna lebih hijau. Biasanya rayung tersebut dibikin sapu dengan permintaan dari Jawa Barat dan Jakarta, yang lebih suka sapu dengan rayung yang kaku,\" ungkap Arif. Salah satu perajin sapu di Dusun Keprekan Desa Bojong Kecamatan Mungkid, Dulah Amanat, menuturkan, dirinya setiap hari mampu memproduksi 50 buah sapu, yang dikirim ke Klaten, Solo, Wonosari Gunung Kidul. \"Rata-rata seminggu produksi 500an sapu. Kalau untuk jenis yang lebih bagus kuaitasnya saya per hari bisa bikin 25 buah sapu. Tapi kalau yang lebih murah bisa 50 buah sapu per hari,\" tutur Dulah.(cha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: