Inflasi April Turun Tipis dari Maret
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi selama April 2020 sebesar 0,08 persen. Level ini lebih rendah dari inflasi Maret 0,10 persen. Sementara inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,84 persen dan inflasi tahun ke tahun 2,67 persen. Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, inflasi pada Maret 2020 lebih rendah disebabkan beberapa faktor. Salah satunya, harga bahan yang cenderung stabil. \"Sejak pemerintah telah menyiapkan bahan pangan. Karenanya harga pangan sangat stabil karena pasokan yang memenuhi kebutuhan,\" ujar dia, kemarin (4/5). Namun di sisi lain, terjadi penurunan terhadap permintaan barang jasa dari masyarakat. Itu disebabkan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) yang berpengaruh terhadap aktivitas sosial. \"Satu lagi perlu dicermati, karena turun inflasi inti, sehingga ada pelemahan dari daya beli rumah tangga,\" ucap dia. Ia menyebutkan, dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Baubau sebesar 0,88 persen dengan IHK sebesar 103,16 dan terendah terjadi di Cirebon, Depok, dan Balikpapan masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 102,74; 105,84; dan 103,27. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 0,92 persen dengan IHK sebesar 102,31 dan terendah terjadi di Bogor dan Semarang masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 105,93 dan 104,86. Adapun inflasi April terjadi lantaran adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian indeks kelompok pengeluaran, terutama tiga sektor ini, yaitu kelompok kesehatan sebesar 0,23 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,18 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,20 persen. \"Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,42 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,34 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan yaitu kelompok pendidikan,\" papar dia. Terpisah, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna menilai, inflasi pada Maret mengalami penurunan dibandingkan pada bulan sebelumnya karena akibat pandemi Covid-19. Hal ini mengabitkan banyak industri yang menurunkan jumlah produksinya, bahkan ada tutup. \"Secara umum, inflasi turun disebabkan beberapa aktivitas industri turun. Tapi jika kita teliti melihat data, komponen inti inflasi meningkat sebesar 0,17 persen. Artinya deflasi beberapa produk jauh lebih signifikan dampaknya terhadap inflasi dibangkan komponen inflasi,\" ujarnya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (4/5). Sebelumnya, Suhariyanto mengatakan, pandemi corona yang berkepanjangan menyebabkan permintaan barang dan jasa yang seharusnya meningkat sebaliknya turun menjelang bulan Ramadan dan Lebaran Idul Fitri. \"Biasanya kalau mau Ramadan itu selalu naik tapi kali ini turun karena memang situasi dan kondisi Covid-19 membuat pola konsumsi dan pergerakan berubah,\" katanya.(din/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: