Inovasi Pengrajin Batik Bangkit dari Pandemi Covid-19
Editor:
ME|
Senin 06-12-2021,09:06 WIB

Kampung Tangguh Kota Magelang
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - BATIK telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya bangsa Indonesia. Hampir di setiap daerah memiliki beragam motif dan corak yang menunjukan ciri khas tersendiri. Termasuk batik khas Magelang yang tidak kalah unik dari jenis batik dari daerah lain. Meski bukan sebagai daerah sentra batik seperti Pekalongan dan Solo, Magelang memiliki batik dengan keistimewaan tersendiri. Motif batik Magelang terinspirasi dari nama kampung-kampung di kota itu. Mulai motif Bayeman, Ringinanom, Kebonpolo, hingga Kemirirejo dan sebagainya. Bahkan, ada juga ikonik water torn di Alun-alun Kota Magelang dijadikan desain gambar batik yang dijual. Belakangan, sejumlah perajin batik tradisional di Kota Magelang mengaku mulai mendapat pesanan normal setelah mengalami kelesuan sejak diterpa pandemi Covid-19. Prih Hartadi, pemilik Batik Samiyo Kota Magelang salah satunya. Dia mengaku jika hasil kerajinannya mulai dilirik konsumen dan pesanan pun mulai pulih kembali. Menurutnya, antara batik tulis dan cetakan, pesanan pun nyaris sama-sama ramainya. ”Cara membedakannya kalau batik cetak itu simetris dan polanya sama, tapi kalau batik tulis lebih variatif karena coraknya abstrak,” katanya, kemarin. Saat ini, dia punya ratusan koleksi bervariasi, seperti kain batik, tas, pakaian, dan lainnya. Ia menuturkan, pasar batiknya mayoritas di wilayah Magelang dan sekitarnya. Tapi ia juga sudah mendapat pelanggan tetap dari luar daerah bahkan luar pulau Jawa. Kondisi saat ini sekaligus menjawab rasa pesimistis meski Magelang termasuk daerah yang baru saja memproduksi batik. Jika dibandingkan dengan Solo atau Pekalongan, yang secara historisnya lebih senior. Larisnya penjualan batik dari Magelang ini rupanya tidak terlepas dari peranan Pemkot Magelang. Sedari dulu, Pemkot Magelang memiliki rencana untuk membangkitkan industri batik. Hal ini ditengarai karena batik khas Kota Magelang hasil produksinya dirasa tidak kalah dengan batik dari daerah lainnya. Ditambah, Prih Hartadi juga tak pernah berhenti berinovasi. Inovasi diperlukan untuk memproduksi batik khas Kota Magelang, dengan tujuan mempertahankan usahanya. Hasilnya, tak hanya usaha yang berkembang, ia pun meraih banyak penghargaan. Pria yang terjun membuat batik sejak 2012 ini berinovasi membuat motif batik getuk pada 2018. Untuk diketahui, getuk merupakan makanan khas ikonik asal Kota Magelang. Lantas dengan jiwa seninya, Prih membuat batik dengan motif getuk berupa bulatan yang menggambarkan getuk gulung yang diiris, persegi panjang yang menggambarkan potongan getuk serta daun ketela yang merupakan bagian tanaman bahan baku getuk. ”Batik getuk ini melambangkan kesederhanaan,” tutur Prih Hartadi yang merupakan warga asal Kampung Botton Kopen RT 4 RW 7 Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah itu. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Mungkin kalimat itu cocok bagi dirinya. Pasalnya, motif batik getuk ini berhasil masuk menjadi tiga besar dalam Lomba Motif Batik Magelangan tahun 2018 yang digelar Pemkot Magelang. ”Prestasi ini membuat saya semakin termotivasi untuk terus berinovasi. Bagi saya, apa yang yang saya lihat dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi inspirasi dalam membuat karya. Pernah saya melihat limbah sayuran yang dibuang. Dari sisa daun bayam, saya membuat pewarna alam,” katanya. Inovasinya ini pun mendapat penghargaan inovasi pewarnaan batik dalam Lomba Kreasi dan Inovasi (Krenova) Kota Magelang setahun kemudian, atau pada tahun 2019. Selanjutnya, ide inovasi muncul dari pria yang pernah bekerja menjadi juru masak ini saat melihat berbagai alat dapur di rumahnya seperti cetakan kue, sendok dan garpu. ”Alat dapur ini terbuat dari logam jadi bisa berfungsi seperti canting. Maka saya mencoba mencelupkan alat dapur ke lilin, lalu mencetaknya di kain, ternyata hasilnya menjadi motif batik yang unik,” katanya. Dari pemikirannya ini pula, dia mampu masuk 20 besar Krenova Kota Magelang 2021. Pada ajang yang sama, Prih Hartadi juga mendaftarkan inovasinya batik motif getuk yang masuk dalam delapan besar. Jadi, jika ditotal Prih sudah meraih penghargaan tiga kali di tingkat Kota Magelang. ”Inovasi itu penting. Kalau produk kita hanya seperti itu-itu saja, orang yang sudah punya tidak akan beli lagi. Jadi untuk meningkatkan pemasaran, pelaku usaha harus berinovasi,” kata Prih Hartadi. (prokompim/kotamgl)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: