Jumlah Kematian Corona di AS Nyaris 50.000 Orang
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Jumlah kasus kematian akibat virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat mendekati 50.000 orang hingga Kamis malam waktu setempat, atau Jumat (24/4) pagi WIB. Otoritas AS melaporkan penambahan 3.176 kasus kematian dalam sehari, sehingga totalnya menjadi 49.759, berdasarkan data Universitas Johns Hopkins hingga Kamis pukul 20.30 waktu setempat. Sementara itu jumlah kasus infeksi Covid-19 di AS menjadi 866.646 penderita, setelah ada penambahan 26.971 dalam 24 jam terakhir. Jumlah kasus kematian dan infeksi virus corona tersebut semakin mengukuhkan AS sebagai negara terparah di dunia yang dihantam wabah penyakit asal China ini. Bahkan para pakar yakin data kasus sebenarnya lebih tinggi dari angka resmi. Hal ini didasarkan belum masifnya tes virus corona yang menjangkau banyak warga. Selain itu banyak kasus kematian melibatkan warga dengan gejala virus corona, namun belum dimasukkan dalam data resmi karena para korban belum benar-benar dinyatakan positif. Pekan lalu, AS mencatatkan rekor kasus kematian tertinggi 2 hari berturut-turut, yakni 4.591 orang pada Kamis dan 3.856 pada Jumat. Angka itu diyakini termasuk kematian melibatkan warga dengan gejala. Ironisnya, di saat terjadi lonjakan kasus infeksi maupun kematian, beberapa negara bagian bersiap mencabut lockdown, seperti Georgia dan Texas. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump justru menyarankan cara unik dalam mengatasi virus corona. Dia menyarankan, pasien covid-19 disuntik cairan disinfektan. \"Penyuntikan disinfektan menarik untuk diuji. Saya melihat disinfektan mematikannya (covid-19) dalam waktu cepat,\" kata Trump, seperti dikutip 9News. \"Dan adakah cara kita bisa melakukan sesuatu, dengan menyuntikkan ke dalam atau hampir membersihkan? Akan menarik untuk memeriksanya. Tentunya harus lewat dokter,\" sambungnya. Kepala Departemen Sains Keamanan Dalam Negeri AS Bill Bryan, pun seperti tidak bisa menerima saran Trump. Menurutnya, menyuntikkan desinfektan ke dalam tubuh manusia sangat mungkin berakibat fatal. \"Kami tidak melakukan itu di dalam lab kami,\" kata Bryan. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: