Kasus Kekerasan Perempuan Masih Tinggi
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO - Kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Wonosobo masih cukup tinggi, pada tahun 2020, tercatat 94 kasus. Terdiri dari kasus kekerasan dalam rumah tangga, kasus kekerasan dalam pacaran dan kasus pelecehan seksual terhadap anak. “Kasus di Wonosobo masih cukup tinggi, yang terdata 94 kasus, terdiri dari KDRT 43 kasus, KDRP 29 kasus dan KS Anak sebanyak 22 kasus,” ungkap aktivis perempuan dari Lembaga Kita Wonosobo, Fajar Kurniasih, kemarin. Menurutnya, tinggi kasus tersebut menjadi pertanda buruk serta butuh perhatian semua pihak. Di sisi lain penanganan kasus itu juga belum dibarengi dengan ruang konseling yang nyaman, visum, terapi psikologi, proses hukum yang memadai, biaya medis, shelter, penerimaan sosial dan pemberdayaan. “Kita berharap, pemerintah baru ini bisa lebih memperhatikan kasus kekerasan terhadap perempuan dan ada upaya-upaya yang lebih sistematis dalam menangani dengan perspektif gender,” ujarnya. Sejumlah kasus kekerasan seksual yang masih sering terjadi dan menimpa perempuan di antaranya, pemaksaan aborsi, pemaksaan perkawinan, pemaksaan kontrasepsi, penganiayaan, pelecehan seksual, perbudakan seksual, eksploitasi seksual dan cyber sex. “Maka dalam momentum hari perempuan internasional, semua harus bersatu, meningkatkan kualitas derajat kaum perempuan dari berbagai bidang,” ucapnya. Sementara itu, kabid PPPA, Erna Yuniawati mengatakan tinggi kasus kekerasan terhadap perempuan di Wonosobo, di antaranya karena kurangnya persiapan perkawinan dan tingginya kesenjangan gender di masyarakat. “Upaya kami dengan pencegahan perkawinan anak dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang gender. Ini yang berat makanya butuh sinergi dengan semua pihak tujuannya keluarga berkualitas,” katanya Sedangkan dari sisi ekonomi meski belum banyak yang menjadi sasaran, pihaknya berupaya meningkatkan produktivitas industri rumah tangga. Anggota Komisi D DPRD Wonosobo, Izanatul Muziah, mengatakan melalui momentum Hari Perempuan Internasional bahwa perempuan harus semakin percaya diri dan harga diri yang tinggi untuk mencapai kualitas kemanusiaan yang lebih baik. “Kami melihat masih ada kesenjangan, mungkin peluang yang diberikan sama, tapi ada beberapa hal yang masih melekat, berupa stigma bahwa perempuan lemah dan layak diletakkan di barisan belakang, itu tugas berat, semua harus bersatu,” pungkasnya. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: