Kebocoran Air PDAM Capai 35 Persen

Kebocoran Air PDAM Capai 35 Persen

MAGELANGEKSPRES.COM, KOTA MAGELANG - Tingkat kebocoran air bersih yang disalurkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Magelang kepada pelanggan sampai saat ini menembus angka 35 persen. Kondisi itu memerlukan upaya serius untuk penanganannya agar bisa diminimalisasi. Direktur PDAM Kota Magelang, Muh Haryo Nugroho mengatakan bahwa angka kebocoran air yang tinggi, sebagian besar disebabkan karena faktor teknis, yakni kebocoran di pipa jaringan. Karena itulah, untuk menekan kebocoran air maka perbaikan pipa menjadi solusi utamanya. Meski demikian, untuk perbaikan jaringan, dia mengaku membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selama ini pihaknya sudah melakukan perbaikan di titik yang rawan terjadi kebocoran. \"Kemarin dapat bantuan pusat lalu kita bisa realisasikan perbaikan jaringan, walaupun kurang dari 10 persen dari total jaringan. Itu saja sudah mengeluarkan biaya Rp800 juta. Kalau semua jaringan, bisa miliaran, makanya harus bertahap,\" kata Haryo, Jumat (12/7). Ia menjelaskan, sebagian besar jaringan atau pipa PDAM Kota Magelang adalah peninggalan Belanda. Tak ayal pihaknya acap kesulitan bila hendak mencari suku cadang ketika perbaikan dilakukan. \"Yang bekas Belanda ada dari tahun 1907 berupa besi. Kami sudah muter-muter, mencari suku cadang tetap saja tidak ada. Karena itu, perbaikan cuma bisa \"ngakali\" saja. Jadi nggak diganti baru, tapi misal dilas, atau diganti dengan besi apa,\" ujarnya. Selain peninggalan zaman Belanda, ada juga pipa yang dipasang pada tahun 1976. Padahal idealnya, usia pipa maksimal adalah 20 tahun sudah harus dilakukan peremajaan. \"Tapi karena keterbatasan kemampuan, sehingga kita masih memaksimalkan apa yang ada dulu. Kalau memang mendesak diganti, baru bisa diganti, seperti kemarin saat perbaikan jaringan di wilayah Magelang Selatan, karena di kawasan itu air sering bocor,\" paparnya. Ditambahkan, Kabag Teknik PDAM Kota Magelang, Suroso bahwa selain faktor teknis, kebocoran karena nonteknis juga terjadi. Meski jumlahnya tidak sebesar masalah kualitas jaringan. \"Kategori nonteknis ini terjadi di tingkat pelanggan, misalnya karena rusaknya meteran, dan lainnya. Jumlahnya tidak seberapa, tapi tetap ada,\" ujarnya. Dia menilai ada beberapa pelanggan yang mendapat pengawasan ketat karena penggunaan airnya di bawah batas rata-rata. Menurut dia, idealnya satu rumah dengan 4 orang yang tinggal membutuhkan 600 liter air per hari. Jika dikalkulasikan selama sebulan maka paling tidak menggunakan air sekitar 18.000 liter. \"Kita patut waspada ketika hitungan meterannya hanya 8.000 meter per bulan. Padahal yang tinggal di rumah lebih dari 4 orang. Ada kemungkinan salah alat meterannya, sehingga harus kita ganti,\" tandasnya. (wid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: