Kelompok KKN Untidar Gelar Webinar Berkebun Sederhana

Kelompok KKN Untidar Gelar Webinar Berkebun Sederhana

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG-Salah satu kelompok KKN Untidar yang terdiri dari Muhammad Iqbal Akbar, Arna Nur Rara Laksmi dan Shara Thaharah Ningsih menggelar kegiatan webinar dengan tema \"Berkebun Sederhana di Lahan Sempit dengan Hidroponik\". Kegiatan yang diselenggara pada (17/9/2020) merupakan kelanjutan dari kegiatan KKN yang telah dilaksanakan pada 20 Juli – 20 Agustus 2020. Tujuan dari pelaksanaan webinar ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan memperkenalkan hidroponik pada masyarakat sehingga dapat memanfaatkan lahan sempit disekitar rumah untuk melakukan budidaya tanaman dengan hidroponik. Dengan menggunakan hidroponik dapat menghapuskan pemikiran bahwa kegiatan budidaya harus dilakukan dilahan yang luas. Lahan sempit disekitar rumah juga dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan budidaya tanaman. Narasumber dalam kegiatan webinar ini merupakan owner dari Ras Hidroponik yaitu Puji Sutrisno yang sudah banyak berpengalaman dalam praktik budidaya hidroponik. “Hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles,” ujarnya. Puji Sutrisno memaparkan, terdapat berbagai macam sistem dalam hidroponik yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Seperti Wick System, Rakit Apung, NFT, DFT, Drip System, Dutch Bucket System dan Aeroponic tiap sistem tersebut memiliki kelebihan dan kelemahannya yang berbeda-beda. Baca Juga Satuan Tugas Telusuri Penularan di Pasar Rejowinangun, Dari 23 Pedagang yang Diswab hanya 1 Orang Positif Dia juga menjelaskan mengenai media tanam dan tanaman yang dapat ditanam di hidroponik. “Media tanam hidroponik yaitu rockwoll, arang sekam, cocopeat, hidroton, kerikil, dan pasir. Tanaman yang biasa ditanam di hidroponik adalah selada, sawi pagoda, pakcoy, cabai, melon dan semangka. Umumnya tanaman yang ditanam di hidroponik adalah tanaman semusim,” tutur Puji Sutrisno. Disebutkan, kelebihan dari hidroponik adalah tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas sehingga cocok untuk lahan sempit disekitar rumah, tidak tergantung pada musim tanam, lebih mudah dalam hal perawatan, hasil tanam lebih bagus, tanaman tumbuh lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, hara dan pH lebih teliti, dan masalah hama penyakit tanaman dapat dikurangi. Sedangkan kelemahan dari hidroponik adalah untuk beberapa sistem memiliki ketergantungan pada listrik, membutuhkan modal awal yang cukup mahal, ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik yang agak sulit serta memerlukan keterampilan khusus untuk meramu bahan kimia serta investasi awal yang mahal. Namun kelemahan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan hidroponik sederhana misalnya menggunakan Wick System dan menggunakan botol atau ember bekas sehingga modal awal tidak mahal dan dapat diterapkan oleh pemula. Menurut Puji Sutrisno, hidroponik memiliki prospek yang bagus, baik untuk hobi maupun untuk industri atau bisnis. Hal ini didasari pada keunggulan pertanian hidroponik dibanding dengan pertanian konvensional. Ditambah lagi prediksi bahwa kedepan pertumbuhan populasi justru berbanding terbalik dengan semakin berkurangnya lahan pertanian. Selain pemaparan mengenai hidroponik, dalam kegiatan webinar ini juga dipraktikan cara penyemaian benih menggunakan media rockwoll, cara pemeliharaan tanaman hidroponik, serta cara pelarutan nutrisi AB mix. Praktik  dilakukan oleh kelompok mahasiswa KKN Untidar yang dipandu oleh Puji Sutrisno. Setelah pelaksanaan praktik ini dibuka sesi tanya jawab. Dalam webinar kali ini, peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal ini ditunjukkan dengan partisipasi peserta dengan mengajukan berbagai pertanyaan seputar hidroponik saat dibuka sesi tanya jawab. Kegiatan webinar tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam melaksanakan budidaya tanaman walau di lahan yang sempit dan dapat mencapai kemandirian pangan dengan tanaman yang telah dibudidayakan. (rls).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: