Kemarau, Banyak Air Sumur Keruh
PURWOREJO – Musim kemarau yang sudah terjadi cukup panjang mengakibatkan air sumur warga di sejumlah wilayah di Kabupaten Purworejo mulai keruh dan berbau. Salah satu wilayah itu yakni Desa Mendiro Kecamatan Ngombol. Persoalan tersebut mendapat perhatian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) bekerjasama dengan Kemenristek Dikti. Bantuan diberikan melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Pengelolaan Air Bersih. Dalam program ini, diterapkan teknologi filter air untuk menyaring air dari sumur yang kualitasnya tidak layak agar menjadi jernih dan layak digunakan masyarakat. “Jadi selama ini Desa Mendiro menghadapi permasalahan air, kalau memasuki musim kemarau menjadi sangat keruh berwarna kecoklatan. Sehingga untuk digunakan dalam kebutuhan keseharian dan untuk minum tidak layak,” kata Ketua PKM Pengelolaan Air Bersih yang juga Ketua LPPM UMP, Dr Sriyono MPd, saat melakukan pengecekan di lokasi, Selasa (6/8). Menurut Sriyono, teknologi yang diterapkan sebenarnya sederhana, murah, dan ramah karena menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. Dengan penerapan teknologi ini diharapan air yang difilter menjadi layak pakai. “Untuk sementara, karena prototype uji pertama, program ini untuk memenuhi kebutuhan 5 sampai 8 kepala keluarga di sekitar musala, selain untuk kebutuhan musala sendiri. Pemilihan lokasi di musala karena merupakan tempat umum yang bisa dimanfaatkan bersama oleh masyarakat,” jelasnya. Sriyono menyebut, prinsip dasar teknologi filter air yang diterapkan ini sebagaimana filter pada umumnya. Namun, di Desa Mendiro ini memanfaatkan pralon yang di dalamnya menggunakan kerikil, pasir silika, batu arang atau media aktif, serta penyaring yang bahannya menyesuaikan dengan ketersediaan di masyarakat bisa menggunakan kapas, karpet, ataupun bahan lain. “Sehingga bukan teknologi tinggi dengan harga mahal, yang penting murah tapi mampu memberikan hasil maksimal, sehingga keberlanjutan sistem filter ini terjaga karena masyarakat sendiri bisa mengganti. Masyarakat bisa membuat sendiri, dan kalau mau memperlebar cakupan, filter bisa diimplementasikan di lingkungan masing-masing,” sebutnya. Pelaksanaan program yang merupakan kerjasama UMP dan Kemenristek Dikti ini juga melibatkan masyarakat setempat. “Target selesai satu sampai dua bulan ke depan sudah bisa digunakan masyarakat,” imbuhnya. Kepala Desa Mendiro, Awan Yoga Kurniawan, mengungkapkan selama ini kondisi air dari sumur mayoritas warga di RT 3 memang keruh, kuning, serta berbau karat besi. Sehingga untuk kebutuhan memasak dan minum, warga harus mengambil dari sumur salah satu warga yang airnya agak baik dan dari sumur masjid di RT 1, bahkan ada juga yang beli. “Untuk cuci dengan terpaksa masih menggunakan sumur sendiri. Hanya untuk mencuci, untuk kebutuhan lainnya ngangsu (mengambil air dari tempat lain), kalau tidak ya beli,” ungkapnya. Oleh karena itu, pihaknya sangat senang dan mengapresiasi adanya program kemitraan masyarakat dari UMP tentang pengelolaan air bersih ini. Menurutnya, program ini juga selaras dengan program Pemerintah Desa tentang pengelolaan air bersih. “Tahun ini kami juga mendapat program Pamsimas untuk pemenuhan air bersih layak konsumsi, sehingga akan kami kolaborasikan antara yang ada di sini (PKM UMP) dengan Pamsimas di desa,” katanya. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: