Kenalkan Minuman Olahan Teh dan Carica

Kenalkan Minuman Olahan Teh dan Carica

WONOSOBO - Olahan minuman teh tradisional yang dikenal berasal dari Rusia dengan ciri khas pemrosesan dengan cara fermentasi dan berbahan dasar teh hitam kini mulai diperkenalkan lewat olahan dari Restoran Temujumpa. Minuman berasa asam itu mulai naik daun sejak setahun terakhir di Indonesia ternyata memiliki berbagai kandungan beberapa vitamin, mineral dan enzim dan bahkan dipercaya sejak lebih dari 200 tahun lalu mempunyai manfaat yang penting untuk kesehatan tubuh. Hal itu dejelaskan Brand Manager Hostel Tanijiwo, Novia Puspita Shinta Dewi yang sehari-hari mengolah Kombucha di restoran Temujumpa. Resto di Dieng Kulon, Banjarnegara itu kini mulai memperkenalkan kombucha yang awalnya diproduksi Shinta untuk konsumsi pribadi. “Pertama kenal Kombucha, dalam sebuah kelas di suatu even, karena ikut kelas bikin kombucha di Minggir Festival, pas dicoba kok enak juga. Apalagi memang karena kombucha adalah minuman probiotik, jadi memang langsung ngefek ke pencernaan. Aku yang biasanya punya masalah maag dan susah buang air besar, kok jadi nggak pernah sakit lagi dan badan jadi lebih enteng,” tutur Shinta kemarin (29/8). Di Temujumpa Resto kemudian menjadi tempat bagi Shinta dan beberapa temannya bereksperimen membuat kombucha yang dikreasikan dengan carica, buah khas Dieng. Menurut Shinta, kesulitan membuat kombucha ini sendiri karena membuatnya menggunakan proses fermentasi dan tergantung kepada suhu. “Kepikiran aku kan tinggal di Dieng, lucu juga nih kalau diinfuse buah carica. Jadi ada opsi carica-caricaan lain selain manisan dan keripik, yang tentunya juga sehat. Susahnya karena kombucha ini bikinnya pakai proses fermentasi, jadi tergantung sama suhu. Belajar di Minggir Festival di Jogja 3-5 hari aja sudah dapat yang enak. Nah, kalau di Dieng karena suhu lebih dingin, sekitar 8-10 hari. Jadi benar-benar trial and error di awal untuk mendapatkan tingkat keasaman yang kita inginkan,” ungkapnya. Kombucha sendiri pada dasarnya dibuat dari seduhan teh manis yang kemudian difermentasikan dengan jamur SCOBY (symbiotic culture of bacteria and yeast). Fermentasi menggunakan toples kaca sebagai wadahnya, yang ditutup rapat dengan kain. Shinta mengaku pembuatan kombucha ini murni dia lakukan dengan modal nekat. “Awalnya Februari 2019, dan pembuatan masih belum dijual, dan kemudian minta kepada sahabat-sahabat terdekat untuk mencicipi. Selain carica, berbagai buah yang dicoba infuse antara lain adalah kelengkeng, apel, mangga, terong belanda dan anggur. Setelah dikemas dalam botol, bisa tahan sekitar 2-3 hari, atau disimpan do kulkas agar tahan lama, asalkan tertutup rapat,” ungkapnya. Momentum Dieng Culture Festival 2019 lalu, Shinta mulai percaya diri menjual setelah menyebar banyak sampel dan mencoba ketahanannya. Untuk pemasaran produk, dalam bulan depan sudah masuk ke beberapa kedai di Wonosobo. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: