Kompetensi Guru pada Teknologi Masih Rendah

Kompetensi Guru pada Teknologi Masih Rendah

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menilai, bahwa sulitnya teknologi masuk di ruang-ruang kelas untuk pembelajaran, dikarenakan masih rendahnya kompetensi guru dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Plt. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud, Gogot Suharwoto mengatakan saat ini teknologi masih sulit masuk di ruang-ruang kelas, disebabkan masih banyaknya guru-guru yang gagap teknologi (gaptek) \"Kompetensi TIK jumlah guru yang akrab dengan teknologi tak sampai 50 persen dari total guru yang ada. Itu terlihat dari pemetaan yang teranyar,\" kata Gogot, Kamis (6/2). Gogot menjelaskan, bahwa pemetaan tersebut mengadopsi sistem yang diterapkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Yakni ada empat level, level satu ICT literasi, atau literasi Teknologi, Informasi, Komunikasi. \"Kedua, level ketika guru sudah mampu mengoperasikan dan mengaplikasikannya dengan mudah. Level ketiga adalah level ketika guru sudah bisa membuat konten sendiri,\" sebutnya. Level keempat, lanjut Gogot, guru sudah mampu menjadi trainer. Menurutnya, dari hasil pemetaan pihak Kemendikbud dari 28 ribu (guru) ternyata yang menguasai level 1 baru yang lolos 46%. \"Jadi memang kendala utama kompetensi menguasai masih di bawah 50 persen. Sementara untuk level kedua baru 14 persen yang bisa lolos,\" terangnya. Terlebih lagi kata Gogot, saat ini masih banyak guru yang belum memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Seperti contoh, masih banyak guru yang terpaku pada satu software yaitu Power Point dalam mengajar. \"Guru selama ini tahunya itu cuma Power Point dalam setiap mengajar,\" ucapnya. Untuk itu Gogot menilai, perkembangan teknologi di bidang pendidikan masih sangat lambat jika dibandingkan dengan sektor lain, seperti halnya bidang keuangan. \"Teknologi ini di sektor pendidikan ternyata tidak secepat teknologi di sektor lain. Tentu yang tercepat adalah finance teknolgi atau fintech,\" katanya. Dengan begitu, pihaknya akan terus mendorong perkembangan teknologi di pendidikan. Dia ingin teknologi pendidikan mampu mengejar teknologi fintech yang lebih maju. \"Nanti kita bisa kita pilih teknologi kekinian yang bisa kita adopsi oleh kampus,\" ujarnya. Sementara itu, Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional atau yang disebut Dewan TIK Nasional, Ilham Habibie menambahkan, bahwa guna merespons perkembangan teknologi yang pesat saat ini harus ada penambahan kemampuan literasi, yakni literasi teknologi. Menurutnya, literasi teknologi ini juga dianggap penting untuk dimiliki para guru di era revolusi industri 4.0. agar dapat mengejar ketertinggalan sektor pendidikan dari penanaman teknologi. \"Kalau menurut saya, di masa mendatang perlu ada penambahan literasi teknologi. Misalnya, belajar coding, belajar mengerti komputer harus belajar yang tadinya saya mesti masukan 3D printer bisa dijalankan dan ada banyak lagi,\" terangnya. Dengan kemampuan literasi teknologi tersebut, kata Ilham, akan menyokong guru untuk membantu siswa mencapai tujuannya. Apalagi kekinian siswa sudah terlahir di era teknologi dan terus berkembang cepat . \"Masak gurunya tidak mengerti lebih dari siswanya, paling tidak secara fundamental dengan itu saya kira susah nanti berhadapan dengan siswa, (guru) punya pengetahuan mendalam untuk membantu siswa mencapai tujuannya,\" pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: