Konstruksi Kurikulum Perguruan Tinggi

Konstruksi Kurikulum Perguruan Tinggi

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) meluncurkan buku panduan dan aplikasi program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Buku paduan ini berjudul \"Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi di Era Industri 4.0\". Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam mengatakan, bahwa buku panduan dan aplikasi ini untuk mendukung pemangku kepentingan program studi merekonstruksi kurikulum yang ada. \"Saat ini kurikulum tidak lagi harus deskriptif yang mengharuskan mahasiswa bertemu dengan dosen yang sama, ruang kelas yang sama, di perpustakaan yang sama, hingga di laboratorium yang sama,\" kata Nizam di Jakarta, Senin (12/10). Menurut Nizam, mahasiswa tidak lagi membutuhkan pengalaman belajar yang sama, karena setiap mahasiswa memiliki hasrat dan garis tangan yang berbeda pula. \"Kalau kita tanya di kelas itu, maka tidak satu pun mahasiswa yang mempunyai pengalaman yang sama dan mempunyai cita-cita yang sama, serta mempunyai rencana hidup yang sama. Pasti berbeda antara satu dan yang lain,\" jelas dia. Nizam menambahkan pendidikan tinggi harus dibuka sebagai transisi antara dunia pendidikan dan dunia kerja melalui pilihan yang beragam. Baik dari sisi pembelajarannya maupun pengalamannya. \"Oleh karenanya kurikulum yang dikembangkan pendidikan tinggi harus diubah dan dikonstruksi kurikulum, dengan filosofi kurikulum itu tidak sekedar pengalaman mahasiswa, pengalaman mahasiswa menemui dosennya. Tapi seluruh rangkaian kegiatan yang dialami mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus untuk menghasilkan \\\'learning outcome,\" jelas Nizam. \"Proses pembelajaran, proses pendidikan, proses pengalaman fokus pada \"learning outcome\" dan bukan pada mata kuliah,\" imbuhnya. Untuk itu, lanjut Nizam, perguruan tinggi harus dapat menyusun kurikulum agar dapat melahirkan lulusan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal itu, perlu kerja sama dengan dunia industri. \"Kampus itu tidak cukup untuk menjadi tempat bagi mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan mengembangkan dirinya. Soft skills, hard skills, tidak mungkin hanya bisa diperoleh melalui pembelajaran di dalam kampus,\" terangnya. \"Dosen harus mengubah pola pikirnya yakni tidak lagi menjadi sumber ilmu, tetapi menjadi fasilitator bagi adik-adik mahasiswa,\" sambunnya. Sementara itu, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Aris Junaidi mengatakan, bahwa kebutuhan masyarakat serta pemangku kepentingan harus menjadi keharusan untuk selalu melakukan evaluasi dan reorientasi kurikulum secara reguler. \"Perguruan tinggi dan program studi saat ini ditantang untuk adaptif dan sesuai dengan perkembangan zaman,\" kata Aris. Aris menjelaskan, dalam buku tersebut terdapat bimbingan pelaksanaan teknis maupun sosialisasi penyesuaian kurikulum. Landasan pemikiran penyusunan kurikulum hingga keterkaitannya dengan standar nasional pendidikan tinggi juga secara jelas disertakan dalam buku tersebut. \"Termasuk juga tahapan panduan pelaksanaan pembelajaran, strategi implementasi kurikulum dalam program Kampus Merdeka, penjaminan mutu di dalam kurikulum itu sendiri dibahas sangat detail sekali,\" jelasnya. Aris menambhakan, bahwa di dalam buku panduan itu jua dijelaskan terkait pengendalian dan bagaimana kampus bisa mengevaluasi kurikulum. Artinya, kampus dapat segera menerapkan penyusunan penyederhanaan kurikulum. \"Buku ini diperkaya diagramatis serta pemberian contoh pembelajaran per semester untuk memudahkan pembaca,\" pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: