Kuliah Tatap Muka Belum Diperbolehkan
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) belum dapat memberikan lampu hijau kepada perguruan tinggi dalam membuka kampus untuk kegiatan tatap muka. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadiem Makariem menegaskan bahwa perguruan tinggi belum akan dibuka seperti layaknya sekolah di zona hijau. Seluruh perguruan tinggi masih akan menerapkan kegiatan belajar dari rumah. \"Tahun akademik tetap dimulai Agustus 2020 tapi pembelajaran di semua zona masih daring, belum belajar tatap muka,\" kata Nadiem,, Selasa (16/6). Kendati demikian, kata Nadiem, ada beberapa kegiatan belajar mengajar di kampus yang bisa dilakukan secara tatap muka. Alasannya, kegiatan ini harus berkaitan dengan syarat kelulus mahasiswa dan sulit jika dilakukan secara virtual. \"Misalnya penelitian di laboratorium, praktikum, studio, bengkel, dll yang butuh mesin dan peralatan. Untuk itu, masing-masing pemimpin perguruan tinggi bisa mengizinkan aktivitas mahasiswa ke kampus hanya untuk itu,\" terangnya. Nadiem beralasan, kegiatan ini harus tetap dilakukan secara tatap muka karena jika tidak maka bisa menghambat kelulusan mahasiswa. \"Denagan demikian, kegiatan ini diizinkan untuk dilakukan di lingkungan kampus,\" ujarnya. Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam menambahkan, bahwa jangan sampai ada klaster baru penyebaran pandemi covid-19 di lingkungan perguruan tinggi menjelang pelaksanaan semester baru di tahun akademik 2020/2021. Menurutnya, pelaksanaan operasional tatanan kenormalan baru atau new normal di kampus harus memegang prinsip kesehatan dan keselamatan mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, menjadi perhatian utama. \"Untuk itu rencana arah kebijakannya adalah melakukan pembelajaran dari rumah, pembelajaran teori dengan daring, layanan administrasi, bimbingan mahasiswa, wisuda dan pengambilan sumpah juga dengan daring,\" kata Nizam, dikutip dari laman Unpad. \"Praktikum dan tugas, sebisa mungkin dialihkan ke daring. Penelitian tugas akhir diarahkan untuk studi data sekunder. Bila harus di laboratorium bisa ada pengecualian dengan menggunakan protokol yang ketat,\" sambungnya. Nizam juga meminta, kampus juga harus menghindari 3C, yaitu (closed spaces, crowded places, close contact situation). Menurutnya, ruang tertutup (closed spaces) dengan kondisi AC menyala merupakan inkubator bagi penularan covid-19. \"Kerumunan orang (crowded places) juga harus dihindari, kantin terpaksa harus tutup sehingga yang datang ke kampus diharapkan membawa bekal makanan dari rumah masing-masing,\" terangnya. Nizam menejelaskan, bahwa kondisi kampus berbeda dengan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pasalnya, perguruan tinggi mahasiswanya berasal dari 34 provinsi dengan kondisi yang beragam. \"Jika kita membuka kampus, akan terjadi mix sehingga potensial sekali menjadi klaster baru. Kita tekankan, kampus jangan sampai menjadi klaster baru penyebaran pandemi covid-19,\" pungkasnya. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: