Lahan Rawan Longsor Ditanam 2.000 Bibit Kopi

Lahan Rawan Longsor Ditanam 2.000 Bibit Kopi

WONOSOBO- Sebanyak 2.000 bibit kopi ditanam di area lahan rawan longsor Desa Maron Garung kemarin. Penanaman dihelat oleh PLN UP3 Purwokerja bersama dengan karang taruna desa setempat. Tanaman kopi dianggap cocok untuk konservasi sekaligus menghasilkan nilai ekonomi. “Untuk tahun ini kegiatan penenman kopi di lahan rawan longsor melalui program penggiat lingkungan  di fokuskan ke kawasan wisata Telaga Menjer Wonosobo, tepatnya di bukit cinta,” ungkap Manajer PLN UP3 Purwokerto Armunanto kemarin. Hadir dalam kegiatan penanaman tersebut, jajaran PLN wilayah Purwokerto, Wakil Bupati Wonosobo Agus Subagyo, Kepala DLH, Jajaran Forkompinca, Pemdes Maron, Karangtaruna dan tokoh masyarakat setempat. Menurutnya, melalui program penggiat lingkungan PLN hadir di tengah masyarakat dan melibatkan diri dalam menjaga dan memelihara lingkungannya dengan memanfaatkan lahan tidak produktif menjadi lahan produktif. Harapannya dapat menambah pendapatan masyarakat serta meningkatkan taraf hidup. “Kita tidak hanya berbicara masalah listrik, ada kegiatan sosial lainnya yang mendukung kelestarian lingkungan, sekaligus memberi manfaat menambah pendapatan masyarakat,” katanya. Kepala Desa  Maron, Marji mengatakan, ada 20 hektar lahan rawan longsor di Desa Maron, namun berkat upaya dan kesadaran masyarakat, persoalan longsor bisa diantisipasi dengan melakukan penanaman pohon berbasis konservasi. “Saya kira tanaman kopi cocok, dari sisi ketinggian juga memenuhi syarat. Kita sudah membuktikan, kopi di kawasan Telaga Menjer tumbuh baik dan memiliki citarasa khas,” katanya. Namuan pihaknya berharap, bahwa penanaman yang dilakukan, tidak hanya bersifat seremonial semata. Tapi, perlu ada tindaklanjut berupa pemeliharaan dan pengolahan pasca panen, sehingga penenan yang dilakukan memiliki imbas positif bagi masyarakat. “Ya kita harap tidak sekedar seremoni, setelah selesai acara penananaman, tidak ada perawatan, tanaman hilang begitu saja, pengelolaan setelah itu juga harus dikawal bersama,” tandasnya. Diharapkannya setelah penanaman kopi di lahan konservasi itu tidak hanya sebagai seremonial penanaman. Melainkan, terus dipantau dikembangkan bersama masyarakat sehingga upaya reboisasi tersebut nantinya akan berimbas positif di berbagai hal. \"Seperti tahun tahun sebelumnya penanaman hanya dilakukan secara seremonial saja, setelah itu dibiarkan. Sehingga terbengkalai, harapannya untuk terus ada pemantauan sehingga berbuah baik,\" harapnya. Sementara itu, Kepala Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wonosobo, Supriyanto mengatakan, lahan yang berada di kawasan wisata tersebut merupakan lahan yang rawan longsor, berpotensi menyebabkan sedimentasi di kawasan Telaga Menjer. “Kawasan dataran tinggi dengan tanaman penyangga yang masih sedikit berpotensi terjadi longsor. Dengan adanya tanaman konservasi  sesuai kearifan lokal bisa menjadi salah satu solusi,” katanya. Menurutnya, Dinas Lingkungan Hidup saat ini berfokus melakukan penyelamatan lahan konservasi yang berada di sekitar titik mata air. Pasalnya belakangan sudah mulai banyak dikeluhkan, hilangnya sumber mata air di sejumlah titik di Wonosobo. (gus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: