Libatkan Petani Kopi hingga Roaster Barista

Libatkan Petani Kopi hingga Roaster Barista

MAGELANGEKSPRES.COM, DIENG – Selain gelaran utama Dieng Culture Festival (DCF) yang tahun ini menapaki agenda ke 10,  juga digelar sebuah even bertajuk Java Coffee Festival (JCF), yang menjadi gelaran pertama di Panggung Setiyaki di kawasan Candi Arjuna, Dieng, selama tiga hari (2-4/8). Mengusung tema Wani Ngopi Luhur Wekasane, JCF perdana itu diinisiasi Komunitas Join Kopi Wonosobo dan pokdarwis Dieng Pandawa. Sejak hari pertama (Jumat, 2/8) sudah digelar bazar kopi yang menghadirkan sedikitnya 20 stan dari pelaku industri dari berbagai daerah seperti Jogja, Bandung, Jakarta, dan Surabaya, atau mewakili seluruh pulau Jawa. Agenda utama lain ialah talkshow kopi, pemutaran film The Aroma of Heaven, serta penampilan Art performance oleh Woohoo Art dengan tajuk Cry kopi Cry Sabtu (3/8). Koordinator JCF, Dani Wahyu Satria, mengungkapkan bahwa awal inisiasi event tersebut sudah direncanakan sejak 1,5 tahun lalu. Komunitas Join kopi sendiri juga selama ini telah menggelar berbagai even termasuk kompetisi tahunan nasional Wonosobo Manual Brew Competition. “Java Coffee Festival ini merupakan judul spesifik ide Mas Eed, teman saya dari Bowongso. Saat itu, dia punya cita-cita untuk membuat acara berjudul JCF ini di Wonosobo. Tapi di Wonosobo sendiri belum bisa terlaksana, setelah ter-pending sekitar 1,5 tahun akhirnya kita bisa mewujudkan cita-cita ini yang tentunya melibatkan semua pelaku kopi termasuk hulu hingga hilir,” jelasnya kemarin (3/8). Dalam Talkshow yang dihadiri sedikitnya 300 orang, JCF menghadirkan 3 narasumber yaitu para praktisi termasuk Eko Purnomowidi, co-Founder Klasik Beans akan membagikan pengalamannya tentang konservasi melalui budidaya pohon kopi. Bersama dengan Muhammad Aga, juara IBC 2018 dan juga pemeran barista dalam film “Filosofi Kopi” dan Budi Kurniawan, seorang pembuat film yang membedah sejarah kopi lewat filmnya Aroma of heaven. Talkshow dipandu moderator Radiv Annaba, peneliti muda yang fokus mengolah data tentang perkembangan kopi Indonesia. “Ini pertama kalinya libatkan para pelaku kopi dari hulu hingga hilir petani hingga roaster barista. Harapannya ini bisa dukung majukan kopi robusta dan arabika yang ada di kawasan ini. Harapannya masyarakat bisa dukung kopi nusantara. Dinamika kopi sangat menarik. Kini penikmat kopi maupun praktisinya tak hanya kaum adam saja dan keberlangsungan ini jadi tanggung jawab bersama,” ungkap Sekda Banjarnegara Indarto. Menurut Aga sebagai praktisi sejak 2009, industri kopi sekarang banyak kemajuan positif terlebih di tataran kualitas. “Tahun 2009 kopi belum se hype sekarang dan belum kenal kopi specialty. Awalnya saya bermusik. Dan saya lihat Kopi dan musik satukan semua orang.  Lalu saya lihat karir dari kompetisi barista. Ternyata ini bisa jadi ajang untuk naikin kompetensi kita sekaligus naikan brand saya juga,” ungkap Aga yang 10 tahun berkiprah di kopi. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: