Masyarakat Temanggung Mulai Merasakan Dampak Covid-19

Masyarakat Temanggung Mulai Merasakan Dampak Covid-19

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG – Dampak Virus Corona (Covid-19) mulai terasa di masyarakat Temanggung, bahkan sudah merambah hampir di semua kalangan. Gunawan (38) salah satu pedagang di sekitaran Alun-alun Temanggung menuturkan, sejak kasus Covid-19 mulai masuk ke Temanggung, kondisi perekonomian mulai terasa dampaknya. Biasanya Alun-alun Temanggung cukup ramai penggunjung, tapi setelah ada Covid-19, jadi sangat sepi pengunjung. Terlebih lagi Pemerintah Kabupaten Temanggung langsung menerapkan dan memasang garis batas pengunjung, alias pengunjung tidak boleh masuk ke alun-alun. “Tidak ada warga yang datang, otomatis tidak ada pembeli yang masuk ke warung saya,” keluhnya Rabu, kemarin. Ia menuturkan, sejak awal informasi virus asal Wuhan ini, jumlah pengunjun di warungnya terus mengalami penurunan. Di pekan-pekan awal masih cukup banyak pengunjung, dalam sehari paling tidak masih ada 10 sampai 20 pengunjung. Namun kemudian terus menurun dan saat ini paling banyak hanya sekitar 3 sampai 5 pengunjung saja. Senada juga disampaikan oleh Sudiyah (53) pedagang di Pasar Kliwon Rejo Amertani Temanggung, saat ini omset penjualannya sudah turun cukup banyak kira-kira 70 persen. Salah satu komoditas yang dijual yakni telur ayam ras, biasanya pada kondisi normal bisa terjual 40 hingga 50 kilogram dalam sehari, saat ini paling banyak hanya 10 kilogram saja, dan itupun tidak pasti setiap hari. Baca juga Pemudik Terbanyak di Kecamatan Bener “Itu baru telur, barang dagangan saya yang lain juga seperti itu sama saja, mengalami penurunan,” terangnya. Lantaran sepinya konsumen yang ke pasar, tidak sedikit pedagang yang lebih memilih menutup lapak dagangannya. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi kerugian pedagang. “Banyak yang tutup, kalau buka atau jualan tidak ada yang beli,” tuturnya. Tidak hanya pedagang saja, pelaku bisnis kopi di Temanggung juga mengalami hal yang sama. Salah satunya adalah Ibnu Hafis (24). Selama pandemi corona ini omset penjualannya bisa dibilang turun hingga 90 persen. “Malah ada yang sama sekali tidak menjual produk kopinya selama pandemi corona ini,” tuturnya. Tidak hanya Itu Sunari (41) salah satu petani di Desa/Kecamatan Kledung menambahkan, meskipun tetap bisa berkarya di kebun, namun petani juga terimbas badai corona ini. Sayuran yang biasa ditanamnya harganya tidak seperti saat normal. “Contohnya mentimun, saat kondisi normal paling murah harga jualnya Rp3.000 per kilogram, namun sekarang hanya laku Rp2.000 per kilogram,” ujarnya. Tidak hanya itu, jenis sayuran lainnya juga mengalami penurunan harga, padahal kalau jenis sayuran tidak langsung dijual maka kualitasnya akan semakin menurun, bisa jadi busuk karena kelewat dari masa panen. “Semoga saja semua bisa segera berlalu, sehingga bisa normal kembali,” harapnya.(set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: