Minyak Goreng Mulai Menghilang di Temanggung, Pedagang Mengaku Selalu Kehabisan Stok
TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Gonjang-ganjing minyak goreng belum juga usai hingga detik ini. Dalam beberapa hari terakhir pasokan minyak goreng kemasan 1 liter mulai menghilang di pasar tradisional Temanggung. Seperti yang diungkapkan salah seorang pemilik kios sembako di Pasar Kliwon Rejo Amertani Temanggung, Khalifah (53). Ia mengaku sudah beberapa hari terakhir tidak memiliki stok minyak goreng kemasan 1 liter untuk dijual. Padahal, permintaan dari konsumen cukup tinggi. Menurutnya, kelangkaan disebabkan kosongnya stok di tingkat distributor yang tidak pernah bisa memenuhi pesanan setiap kali ada permintaan dari para pedagang. “Sudah gak ada stok minyak 1 literan. Setiap pesan selalu kosong, gak pernah ada,” ujarnya, Selasa (15/2). Pihaknya mengaku saat ini tinggal memiliki stok minyak goreng kemasan 2 literan yang dibanderol dengan harga Rp 42.000 per kantong. Itupun merupakan stok lama dengan merek Bimoli saja. Diungkapkan fenomena kelangkaan minyak goreng tersebut terutama disebabkan karena subsidi dari pemerintah yang belum juga dibayarkan kepada para distributor. “Kan dari pemerintah memberikan batas harga Rp 14.000 per liter. Nah distributor ngeluh selisih harga subsidi dan normal di pasaran belum juga dibayar,” bebernya. Misal pun ada, lanjut Khalifah, berapapun jumlah minyak goreng bersubsidi pasti akan langsung ludes di pasaran hanya dalam waktu singkat.“Terakhir tiga minggu lalu. Saya menyediakan minyak goreng subsidi kemasan 1 literan harga Rp 14.000 sebanyak 150 karton berisi 12 kantong tiap kartonnya. Itu ludes cepet banget. Saya dua kali melakukan itu, selebihnya tidak ada stok. Tidak saya saja, satu deret pedagang di sini ya sama,” tukasnya. Umbruk (47), salah seorang pembeli mengaku tidak habis pikir dengan fenomena langka dan mahalnya minyak goreng dipasaran. Hal ini tentu menyulitkan masyarakat karena minyak goreng menjadi bahan kebutuhan pokok sehari-hari. “Aneh sekali minyak goreng kok langka. Katanya di luar Jawa banyak kebun kelapa sawit,” tanyanya heran. Sementara itu, Sutiyo, salah satu Staf Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Temanggung mengaku pihaknya tidak bisa berbuat banyak atas fenomena ini. Pemerintah melalui dinasnya hanya bisa melakukan monitoring atau pemantauan atas komoditas tersebut. Terlebih, Kabupaten Temanggung tidak memiliki produsen dan distributor sehingga tidak bisa dilakukan intervensi berlebih.“Kami hanya bisa memantau dan mengimbau agar pedagang menjual minyak goreng di pasaran dengan harga normal sesuai imbauan Kementerian Perdagangan. Apalagi ini mutlak menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pusat,” pungkasnya. (riz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: