Miris, Wirausaha di Bawah Satu Persen

Miris, Wirausaha di Bawah Satu Persen

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah memerintahkan kepada Menteri Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menenga) Teten Masduki untuk meningkatkan wirausaha. Pasalnya, saat ini wirausaha Indonesia masih di bawah satu persen yang didominasi skala mikro. Padahal persyaratan negara maju jumlah pengusahanya minimal dua persen. ”Harus ada UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) naik kelas. Naik kelas itu bukan berarti melahirkan konglomerasi baru tapi untuk menciptakan keadilan ekonomi. Kue ekonomi yang tadinya dikuasai usaha besar dibagi ke UMKM,\" kata Teten usai UMKM Meetup, Gerakan Nasional UMKM Naik Kelas di gedung Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop), Rabu (22/1) Gerakan UMKM naik kelas ini bertujuan memperkokoh pondasi ekonomi nasional agar tidak terjadi gap yang terlalu besar antara usaha besar dan UMKM. Teten menjelaskan strategi untuk mencapai UMKM naik kelas dengan cara membuka akses pasar seluas-luasnya di dalam negeri dan ekspor. Di dalam negeri, dilakukan dengan memprioritaskan produk UMKM untuk pengadaan barang dan jasa K/L. Selain itu, menyasar pasar ekspor, dengan meningkatkan mutu produk agar memenuhi standar global. ”Yang tadinya tidak bisa ekspor, jadi bisa ekspor, yang tidak bisa menguasai pasar dalam negeri akan bisa ekspor. Kami akan memberikan kemudahan-kemudahan dalam berbagai hal dari pembiayaan, pendampingan,\" kata Teten. Untuk mencapai pasar yang lebih luas tersebut, ia menegaskan, produk UMKM harus mulai memenuhi standar kualitas global. Dengan demikian, produk UMKM otomatis dapat bersaing di dalam negeri dan pasar global. Faktanya saat ini, di dalam negeri produk UMKM bertarung dengan arus produk impor yang masuk melalui e-commerce. Terkait peningkatan standar mutu, ia menegaskan harus ada kemitraan antara UMKM dan usaha besar untuk membangun mindset industri di kalangan UMKM. Selanjutnya, untuk mempermudah ekspor sedang dibahas rencana membentuk kamar ekspor bersama dengan Bea Cukai untuk layanan UMKM. Hal ini dilakukan karena sebenarnya banyak produk UMKM yang bisa ekspor. ”Yang diperlukan sekarang ada kemudahan ekspor. Ini lagi kita godog (kamar ekspor) bekerjasama dengan bea cukai,\" kata Teten. Bulan lalu, Kemenkop sudah coba melakukan ekspor produk makanan UMKM berupa keripik tanpa sertifikasi terlebih dahulu. \"Ternyata bisa. Jadi kita mendapatkan sertifikasi on arrival kayak visa on arrival. Distributor di sana yang akan urus itu,\" ujar Teten. Sebenarnya, kata Tetan banyak produk dari mereka yang diminta oleh pasar dunia. Ekspor produk UMKM ini menyebar di banyak negara. Khusus makanan, hampir semua negara membutuhkan. \"Kalau produk makanan itu hampir semua negara membutuhkan. Di tengah ekonomi lesu kan makan masih tetap dong,\" imbuhnya. Jadi, lanjut Teten yang ekspor UMKM yang jadi unggulan saat ini yaitu berbasis hasil laut seperti ikan dan rumput laut, lalu di bidang holtikultura adalah buah tropik. Sedangkan di kategori room decor (dekorasi ruangan) yang paling diminati adalah furniture dan kriya. Dan tak ketinggalan produk kuliner. \"Nah kita kalau fokus di sini saja menurut saya pasar ekspor UMKM cukup besar. Ini yang kita mau garap,\" katanya. Menurut catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) persentase ekspor UMKM saat ini baru mencapai 14,5 persen. Di 2024, Jokowi menargetkan naik dua kali lipat dalam artian menjadi 29 persen. \"Saya lagi ngejar betul ini bagaimana setiap tahap ini untuk bisa mencapai itu,\" terangnya. ”Kami akan coba konsolidasi. Jadi nanti kan Sarinah dan Smesco akan menjadi trading house untuk mengagregsi produk-produk UMKM ini supaya bisa masuk ke pasar luar termasuk di pasar dalam negeri,\" kata Teten. Oleh karena itu, Teten mengatakan pelaku UMKM harus memulai usahanya dengan produk yang kompetitif. Ia menyadari perlu market inteligent dan riset pasar yang sulit dilakukan oleh UMKM. Ia meminta agar berbagai organisasi UKM membantu melakukan market inteligent dan riset dan diinformasikan ke pelaku UMKM. Teten mengatakan jumlah usaha besar hanya di 0,01 persen namun menguasai 40 persen kue pembangunan, sementara 99,9 persen UMKM hanya menguasai 60 persen. \"Ini perlu digeser agar kita memiliki struktur ekonomi yang lebih berkeadilan,\" ujarnya. CEO Kreavi Motulz Anto menjelaskan, pihaknya akan menyentuh UMKM dari sisi kualitas produk dan kemasan. \"Langkah ini merupakan ide Putri Tanjung yang ingin agar UKM mendapat sentuhan kreatif dengan melibatkan banyak anak muda desainer,\" kata Motulz. Terkait UKM-nya, lanjut Motulz, akan dipilih dan ditentukan pihak Kemenkop dan UKM. Pihaknya akan membantu UMKM, apakah mau dimulai dari produknya atau daerahnya yang akan diangkat. \"Kita akan susun strategi dan mekanismenya dengan melibatkan banyak anak muda. Itu program jangka pendek yang akan kita lakukan,\" kata Motulz. Motulz mencontohkan, di Tasikmalaya ada perajin dengan produk hijab dan kerudung, sedangkan di Banyuwangi banyak dihuni perajin manik-manik dan perhiasan. \"Itu dulu yang akan kita coba. Di Jabar, kita ingin mengajak anak muda yang dari Jabar, dan nanti di Banyuwangi mengajak anak muda yang ada di dekat sana,\" tukas Motulz. Bagi produk UKM yang sudah banyak repeat order, pihak Kreavi akan membangun satu induk brand yang membawahi produk-produk UKM itu. \"Di atas itu, bila ada UKM yang ingin memiliki brand sendiri, ini akan kita bantu. Tapi, sebelumnya, akan kita benahi dulu kualitas kemasannya agar bisa masuk toko bahkan ekspor,\" kata Motulz. Staf Khusus Presiden, Putri Tanjung mengatakan, peluang anak muda menjadi entrepreneur sangat terbuka lebar. Banyak bidang usaha yang dikerjakan, terlebih lagi di industri kreatif. \"Industri kreatif lagi seru-serunya. Sekarang anak muda melek dengen produk dalam negeri. Mereka anak-anak muda yang kreatif dan dan inovatif dalam menciptakan produk-produknya,\" kata Putri. Menurut Putri, anak muda yang terjun ke dunia enterpreneur sebenarnya adalah orang-orang kreatif hanya butuh mentorship bagaimana membuat model bisnis yang benar. Secara khusus, Putri memberi pesan terhadap anak muda yang terjun ke dunia entrepreneur, agar membangun kreativitas. \"Di era teknologi dan media sosial, pelaku usaha harus adaptif, mau berubah dengan perkembangan yang sangat cepat\", ungkap Putri. Satu hal yang ditekankan juga, membangun bisnis butuh proses, tidak ada yang instan. \"Membangun bisnis is never ending, lari marathon, bukan sprint,\" tegas Putri. Acapkali kegagalan harus dihadapi, namun Putri meminta agar anak muda tidak menyerah. Hal ini yang dinilainya kerap jadi sandungan bagi anak muda yang terjun di dunia entrepreneur, banyak anak muda yang tidak mau melalui proses ini. \"Selain itu, agar anak muda membangun jejaring. Sebab, dari jejaring dapat diperoleh berbagai sumber daya seperti permodalan,\" pungkas Putri. (dim/fin/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: