Pameran Foto Arsip Indo Magelang. Catat Tanggalnya...
KOTA MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM – Empat komunitas dan kelompok bakal menggelar pameran foto arsip dengan tema \"Indo Magelang: Antara Memori dan Identitas\". Menurut rencana, pameran tersebut akan digelar 1-6 Februari 2022 di Loka Budaya Drs Soekomin Adiwatmoko, Jalan Alun-alun Selatan, Kota Magelang. Mereka yang berkolaborasi antara lain Penerbit Terang, Komunitas Kota Toea Magelang (KTM), Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM), dan Komunitas Kinara Vidya. Koordinator Acara, Bagus Priyana mengatakan, eksistensi orang Indo di Kota Magelang menarik untuk diangkat dalam pameran foto dan arsip. Eksisten mereka dimulai sejak para tentara kolonial mulai menetap pada Perang Jawa (1825-1830). “Namun, mereka yang merupakan keturunan campuran hasil perkawinan antara orang Eropa dan pribumi cenderung dikesampingkan, dan dalam catatan sejarah juga disingkirkan. Sulitnya melacak siapa saja dan berapa jumlah orang Indo di Kota Magelang merupakan salah satu realitas bahwa mereka hilang dalam pengarsipan kolonial yang sistematis,” katanya, kemarin. Ia menjelaskan, pameran ini bertujuan menjadi sebuah lorong waktu untuk melihat memori dan memahami persoalan identitas orang Indo dan kultur Indis pada akhir masa kolonial di Kota Magelang secara khusus dan Indonesia secara umum. “Tak hanya pameran, kami juga lengkapi dengan acara bedah buku Dalam Bayang-bayang Modernitas: Orang-orang Indo di Kota Magelang pada Akhir Masa Kolonial karya Tedy Harnawan, seminar guru sejarah, jelajah kota, dan bazar buku-buku lawas,” jelasnya. Bagus menjelaskan, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membagi masyarakat di tanah jajahan ke dalam tiga kelompok besar, yakni kelompok Eropa, kelompok Timur Asing, dan kelompok bumiputra sebagai objek jajahan dan eksploitasi. “Di antara segregasi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial terhadap kawula Hindia Belanda tersebut, terdapat satu kelompok masyarakat yang kedudukannya cukup menarik, yaitu orang-orang Indo,” jelasnya. Sebetulnya, kata Bagus, posisi mereka cukup rumit dalam beberapa hal, karena berada dalam wilayah yang serba-antara. Di satu sisi mereka memiliki darah Eropa yang di dalam struktur masyarakat kolonial menempati kedudukan kelas pertama dengan segala hak yang melekat penuh padanya, serta memperoleh berbagai macam keistimewaan dalam berbagai aspek. Hanya saja karena dianggap tidak sepenuhnya murni berdarah Eropa sebagai akibat dari perkawinan campur, maka posisi mereka di kalangan orang-orang Eropa sendiri menjadi tersisih. Di sisi lain, mereka sendiri juga tidak mau dianggap sebagai bagian dari kaum bumiputra yang terlanjur diposisikan sebagai warga kelas paling bawah. “Selain itu di kalangan bumiputra sendiri, keberadaan kelompok Indo tentu sulit sekali untuk diterima oleh karena darah Eropa yang mengalir dalam diri mereka, yang mana kemudian identik dengan kelas yang memerintah atas mereka,” terangnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: