Panen Ubinan 12,64 Ton/Hektar Diyakini Pecahkan Rekor Baru
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG TENGAH – Petani di Kota Magelang berhasil panen ubinan padi sawah mencapai 12,64 ton per hektar. Secara simbolis panen dilakukan sekaligus menutup rangkaian Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) tahun 2019 di Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Tengah, Jumat (22/11). Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko, mengatakan sebelumnya padi ditanam di lahan seluas 1.200 meter persegi. Angka tersebut menjadi rekor ubinan tertinggi yang pernah dicapai petani. ”Kalau 3-4 tahun lalu di Tidar Utara angkanya baru tembus 10,8 ton per hektar. Ini artinya ada peningkatan produksi sekitar 58 persen dari rata-rata produksi ubinan petani pada musim yang sama, sekitar 7,5-8 ton gabah kering panen (GKP) per hektar,” katanya. Dia menjelaskan, Kota Magelang sebagai wilayah terkecil di Jawa Tengah, masih memiliki kontribusi dalam penyediaan pangan khususnya beras. Kendati masih bersifat sangat kecil jika disandingkan dengan peningkatan produksi padi tingakt nasional. ”Tapi tetap saja ini menjadi bukti jika sektor pertanian masih berkontribusi positif terhadap perekonomian di Kota Magelang. Karena sekitar 142,83 hektar lahan pertanian masih berbentuk sawah irigasi teknis yang potensial untuk pengembangan sektor pertanian,” ujarnya. Baca Juga Tabebuya Mekar di Magelang Cantik Bagai Musim Semi di Jepang Eri menyebutkan, lahan 142,8 hektar ini khusus ditanam tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, dan perikanan. Kemudian, sasaran produksi padi sawah tahun ini (2019) adalah 2.359 ton GKP. ”Angka ini diperoleh dari target luas panen 397 hektar dengan rata-rata produktivitas lahan 5,947 ton GKP per hektar,” sebutnya. Terkait capaian panen ubinan, Eri meminta petani untuk mempertahankannya. Ia mendorong petani menerapkan prinsip-prinsip SLPHT dalam Budidaya Tanaman Sehat. Menurut dia, sejumlah keuntungan akan diperoleh petani, antara lain peningkatan kuantitas dan kualitas hasil panen padi, perbaikan daya dukung lingkungan sawah sekaligus pelestarian keseimbangan ekosistem, dan rantai makanan di persawahan. “Saya harapkan yang baik diteruskan, jangan pernah berhenti untuk mencoba inovasi baru dan rekomendasi penyuluh pertanian dan POPT,” tuturnya. Sumadi, salah satu pengurus poktan Subur Makmur Gapoktan Sri Rejeki Kampung Tulung, Kelurahan Magelang mengaku, SLPHT dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Terutama mengelola hama dan penyakit secara ramah lingkungan dan meniminalkan penggunaan pestisida kimia. Apalagi, pestisida yang disinyalir sebagai pemicu sejumlah penyakit kanker. ”Berkat SPLHT kami sudah bisa membuat pestisida nabati, agensia hayati, dan bakteri merah serta mengembangkan tanaman refugia (bunga matahari, bunga kertas dan kenikir) di pematang sawah. Dibanding kimia, pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan tidak berisiko jika hasilnya dikonsumsi,” katanya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: