Pemkab Wonosobo akan Menggagas Branding Kopi Wonosobo, Kenalkan Kopi Robusta dan Arabica
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO-Pemkab Wonosobo akan menggagas branding \"Kopi Wonosobo\" untuk produk olahan kopi lokal. Branding tersebut untuk memudahkan pengenalan kopi Wonosobo baik jenis arabica maupun robusta. \"Di Wonosobo kan banyak produk olahan kopi lokal, baik arabica maupun robustsa. Tapi brandingnya masih macam-macam. Maka perlu satu branding guna mendongkrak popularitas kopi khas Wonosobo, meski nanti kemudian harus disebutkan wilayah asalnya,\" ungkap Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat . Menurutnya kopi lokal Wonosobo yang kini sudah mulai dikenal publik, yakni Kopi Bowongso Kalikajar, Kopi Tambi Kejajar, Kopi Slukatan Mojotengah, Kopi Mlandi Garung dan Kopi Dieng Kejajar. Akan tetapi namanya masih sendiri-sendiri. “Jika masih pakai branding kopi sendiri-sendiri, maka akan sulit dan berat mengangkat popularitas kopi Wonosobo di tengah nama besar branding kopi dari daerah lain,” katanya. Dijelaskan bahwa dalam waktu dekat akan segera mengumpulkan petani dan pelaku UMKM pengolah kopi di daerahnya untuk mengkaji branding yang pas untuk kopi khas Wonosobo. Sebab branding Kopi Wonosobo bukan lantas akan meniadakan nama asal kopi tersebut. “Sebab, di bawah branding Kopi Wonosobo tetap ada nama daerah asal seperti Slukatan, Tambi, Bowongso, Mlandi dan Dieng,\" ucapnya. Baca Juga Peringati Hari Air Sedunia, PT Tirta Investama Wonosobo Tanam Bibit Pohon Sekitar Sumber Mata Air Pihaknya juga mengaku akan mengajak warga Wonosobo untuk bangga bela belu produk sendiri, terutama kopi. Upaya itu akan dimulai dari kalangan ASN di Wonosobo, dimana mereka harus memberikan contoh. \"Saya juga akan mengajak dan membiasakan warga Wonosobo, termasuk ASN untuk ngopi bersama di hari Jumat, Sabtu atau Minggu, dalam setiap pekan. Gerakan tersebut diharapkan mampu mendorong pengembangan usaha kopi di daerah ini,\" gagasnya. Sementara itu, Kabid Hortikultura, Dispaperkan, Sidik Widagdo mengatakan bahwa produktivitas kopi Wonosobo cukup bagus dan harga juga tidak mengalami penurunan, justru pada masa pandemi permintaan mengalami peningkatan. “Arabica ada di 7 kecamatan dan robusta ada di 8 kecamatan, untuka kopi arabica produksi tertinggi di Kalikajar dan robusta tertinggi di Kecamatan Sapuran,” katanya. Untuk tahun ini, pihaknya mengaku akan melakukan penambahan luas area pengembangan kopi, utamanya arabica. Sedangkan untuk kopi jenis robusta belum ada arah pengembangan. Sedangkan untuk pengolahan sedang di dorong mengandeng petani milenial. “Kita akan dukung pengolahan kopi dan kreativitas lainnya yang menyasar petani muda, mereka lebih inovatif,” pungkasnya. (gus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: