Pengurus Bank Sampah Dilatih Bikin Tas

Pengurus Bank Sampah Dilatih Bikin Tas

MAGELANG UTARA – Bank Sampah menjadi strategi tepat Pemkot Magelang untuk mengurangi produksi sampah di wilayah setempat. Setelah beberapa tahun bermunculan, kini giliran pemberdayaan para pengurus bank sampah dioptimalkan agar ke depan mereka punya keterampilan khusus. Salah satunya terobosan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, memberikan latihan pembuatan tas belanjang dan tas jinjing berbahan dasar sampah kain dan plastik. Pelatihan itu berlangsung selama dua hari, Selasa-Rabu (10-11/9) di Balai Latihan Kerja (BLK). Kabid Pengelolaan dan Penanganan Sampah, DLH Kota Magelang, R Jaka Prawistara mengatakan, peserta tidak hanya dari pengurus bank sampah dari tingkat kota hingga RW saja. Namun ada juga pengurus bank sampah dari sekolah adiwiyata. ”Mereka mendapatkan pelatihan dari pengurus bank sampah induk Kota Magelang. Kita bagi dua hari, pertama berlatih membuat tas jinjing berbahan perca, kain, dan potongan-potongan plastik mi instan serta kopi. Hari kedua berlatih membuat tas belanja juga dari bahan yang sama,” kata Jaka. Ia menjelaskan jika penanganan sampah tidak sekadar memilah organik dan anorganik saja. Tetapi lebih dari itu juga mampu mengolahnya menjadi produk yang bernilai. ”Kalau organik bisa diolah menjadi pupuk organik, sedangkan anorganik bisa didaur ulang menjadi kerajinan atau produk lain,” jelasnya. Menurutnya, para pengurus bank sampah harus memiliki kemampuan membuat produk kerajinan tersebut. Seperti tas jinjing dan tas belanja yang bahan dasarnya menggunakan daur ulang kain dan plastik. ”Kemudian untuk mempercantik penampilan dibuat pula boneka kecil agar ketika dilipat hingga ukuran kecil bisa seperti gantungan kunci yang cantik. Bentuknya bisa panda, ikan, atau hewan lucu lainnya,” ucapnya. Ia menjelaskan, hasil produk ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Lazimnya kalau tas belanja akan dibuat lebih besar. ”Jadi, kalau kita ke pasar bisa bawa tas sendiri dari rumah yang membawanya sangat simpel, tinggal digantungkan saja di dompet,” jelasnya. Kasi Penanganan Sampah DLH Kota Magelang, Widodo menambahkan, pelatihan seperti ini memang rutin diadakan tiap tahun dengan tema berbeda. Tujuannya mengurangi sampah dan menambah nilai ekonomis bagi pengurus bank sampah. ”Tas daur ulang ini memiliki potensi yang besar untuk dijual. Misalnya dibuat souvenir atau dijual secara daring dengan harga lumayan. Hasilnya bisa untuk menambah penghasilan keluarga,” paparnya. Selain itu, kata dia, juga untuk pendidikan karakter di sekolah-sekolah adiwiyata. Pengelola bank sampah di sekolah bisa mengajarkan murid-muridnya untuk mendaur ulang sampah menjadi barang yang bernilai. ”Sekaligus kita juga ingin menggairahkan kembali bank sampah di tingkat RW. Terutama yang mulai kendor semangatnya atau bahkan mati suri,” tuturnya. (wid)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: