Penjualan Turun Sampai Titik Nol Rupiah
MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Dengan ditutupnya hampir seluruh tempat wisata di beberapa kawasan, termasuk Dieng hingga di kawasan kota, kunjungan ke Wonosobo turut mengalami penurunan signifikan. Hal itu nyatanya dirasakan para pengelola gerai di Gerbang Mandala Wisata kompleks Terminal Mendolo. Bahkan menurut salah satu pengelola, Monika, selama beberapa bulan terakhir penjualan bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak ada alias nol rupiah pendapatan. “Kalau kunjungan wisata nol otomatis penjualan di sini nol juga. Apalagi kami menyediakan produk yang dari kisaran harganya cukup tinggi yaitu batik tulis lokal. Harga paling murah saja di angka Rp135.000 dan yang tertinggi di kisaran Rp500.000. Ketika aktifitas wisata masih ada saat paling sepi pun masih ada penjualan sedikitnya 5 sampai 10 batik per bulan,” katanya kemarin. Selain batik tulis khas Wonosobo, di Gerbang Mandala Wisata juga dijajakan berbagai hasil produk oleh-oleh termasuk kaos, aksesoris, dekorasi, hingga produk kuliner dari UMKM lokal. Diungkapkan Monika, beberapa gerai bahkan terpaksa tutup karena alasan tidak ada pengunjung sama sekali. Pasokan batik selama ini juga mengikuti penjualan, sehingga belum ada produksi baru yang ditampilkan. “Kalau di momen tertentu memang ada pengunjung dari penumpang yang masuk terminal atau saat ada pemeriksaan masker dan itu pun setelah mereka beli masker tidak mampir ke stan yang ada di gerbang wisata. Lainnya juga hanya mampir ke warung yang ada di kawasan gazebo. Itu pun tidak semua buka setiap hari. Apalagi jalur pendakian kemarin ditutup kembali,” katanya. Baca Juga Pemberdayaan Masyarakat, Kodim Dampingi Desa Igirmranak Diungkapkan salah satu pemilik lapak kuliner, Siti Maryam, meski masih ada pengunjung, namun selama lima bulan terakhir pendapatannya turun drastis. Terlebih produk kuliner memiliki ketahanan yang cukup pendek dibanding oleh-oleh lain seperti batik, kaos, maupun kerajinan. “Untuk tiwul ketahanannya paling lama, tapi produk lain misalnya carica atau keripik itu hanya beberapa bulan saja. Kalau untuk harian yang masih laku jualan minuman atau makanan kecil, itu pun hanya mereka yang transit ke kawasan ini. Penumpang bus umum juga turun drastis jumlahnya sejak kondisi pandemic kemarin sempat memburuk lagi,” ungkapnya. Diungkapkan Kasi Ekonomi Kreatif dari bidang Kebudayaan, Astien Umariyah, berbagai upaya untuk menghidupkan Gerbang Mandala Wisata sebelum pandemi sudah dilakukan. Di antaranya dengan mengizinkan adanya aktifitas ekonomi seperti gazebo kuliner hingga display berbagai produk UMKM baik olahan kuliner, oleh-oleh, kerajinan, hingga berbagai agenda ekspo rutin. Namun dengan adanya pandemic, berbagai kegiatan tersebut terhenti. “Kami juga berencana menggandeng dua startup yang bergerak di promosi online lewat marketplace untuk membantu penjualan berbagai produk dan juga berencana berkantor di sini dalam waktu dekat. Sebelum pandemi, Gerbang Mandala Wisata juga menjadi pusat kegiatan komunitas,” ungkapnya. (win)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: