Perajin Angklung Sepi Pesanan
MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO - Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup besar bagi perajin angklung di wilayah Kabupaten Purworejo. Pasalnya, selama pandemi ini pagelaran seni budaya yang menggunakan alat musik angklung tidak dapat pentas sementara waktu. Kondisi tersebut dialami oleh Sutarko (66) seorang perajin angklung asal Dusun Krajan RT 1 RW 1 Desa Polowangi Kecamatan Pituruh. Dikatakannya, omset pesanannya mengalami penurunan drastis sejak pandemi Covid-19 melanda. \"Memang untuk pesanan angklung menurun cukup signifikan. Selama pandemi beberapa bulan terakhir baru menjual dua set angklung berjenis angklung slendro. Sangat menurun drastis mas pokoknya,\" kata Sutarko, Jumat (6/11). Baca juga Dorong Pertumbuhan Usaha Mikro, Pulihkan Ekonomi Daerah, Pemkab Purworejo Terus Gulirkan Langkah Strategis Menyiasati kondisi tersebut, Sutarko beralih produksi kerajinan anyaman sebagai alternatif untuk menyambung hidup guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kerajinan yang digelutinya beralih untuk peralatan rumah tangga produksi anyaman bambu seperti tampah dan tambir. \"Alhamdulillah, cukup membantu kebutuhan harian keluarga meski sangat terbatas. Mau bagaimana lagi, bidang saya di kerajinan bambu ya dalam kondisi ini harus tetap kreatif dalam melihat peluang,\" katanya. Diceritakan, Sutarko bahwa ia menggeluti usaha kerajinan angklung sudah sejak sepuluh tahun yang lalu, ia belajar secara otodidak. \"Ada melihat bakat saya membuat angklung, lalu mendapat dukungan dari warga sekitar untuk membuat lalu dijual,\" katanya. Proses pembuatan angklung ini membutuhkan waktu yang cukup lama kurang lebih 1 bulan karena bahan untuk angklung ini harus benar-benar bambu kering. \"Pesan dan servisan angklung buatan saya ini sudah banyak mas, mulai dari kecamatan Bayan, Kemiri, Kutoarjo, bahkan pernah saya mengirim pesanan angklung ke Lampung,\" kata Sutarko. Untuk harga satu set angklung dijual dengan harga mencapai Rp3.000.000 namun pada tahun 2010 lalu harga satu set angklung satu set hanya dijual seharga Rp900.000. Hal ini terjadi karena meningkatnya harga bahan produksi seperti rotan dan bambu. \"Untuk membuat satu set angklung dibutuhkan 10 pring pethong (bambu pethong) dan beberapa helai rotan untuk mengikatnya. Semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir, supaya pentas kesenian bisa digelar kembali,\" pungkasnya. (luk)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: