Pergantian Musim, Panen Kentang di Wonosobo Meningkat

Pergantian Musim, Panen Kentang di Wonosobo Meningkat

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Kondisi cuaca di kawasan atas Kabupaten Wonosobo ternyata sangat berpengaruh pada produktifitas komoditas unggulan yakni kentang Dieng. Bahkan sejak sebulan terakhir hasil panen dinilai semakin membaik karena memasuki musim kemarau ditandai dengan semakin turunnya intensitas curah hujan yang sejak awal tahun cukup tinggi. Bahkan menurut Ahmat Kodir, salah satu petani yang menggarap lahan di Desa Jojogan Kecamatan Kejajar, produktifitas panen terakhir mencapai hampir 120 % dibanding panen sebelumnya. Mengingat tanah dan usia kentang yang sudah mulai siap panen tidak begitu banyak terkena paparan air. “Sebenarnya kalau dari kondisi suhu, semakin dingin, juga agak risiko. Apalagi di awal musim tanam seperti sekarang. Mayoritas petani sedang mulai lagi. Tapi yang panen di akhir bulan ini hasilnya bagus. Karena tanah gembur dan cenderung bagus untuk kentang yang siap panen, agak kering dan kandungan airnya pas. Jadi saat dipanen tidak mudah rusak dan dari besarannya pun ideal,” ungkapnya kemarin (30/6). Selain itu, menurut Kodir, beberapa petani kini mulai beralih ke tembakau dan bawang merah untuk beradaptasi dengan kondisi musim yang mulai kering. Mengingat sudah dua pekan terakhir intensitas hujan cukup rendah. Belum lagi ancaman bun upas alias salju yang biasanya menyasar tanaman-tanaman muda. “Tahun kemarin lahan 2.000 meter kena bun upas harus ganti benih baru, lalu saya diamkan dulu agar tanahnya adaptasi. Cara paling umum dialiri air dengan dibuatkan parit-parit untuk menjaga suhu tanah atau disemprot pakai springkler. Tapi makan biaya lagi,”imbuhnya. Dari pantauan di Pasar Binangun, tonase kentang masuk juga cukup menjanjikan dengan kenaikan sekitar sepertiga lebih banyak. Mengingat selama beberapa bulan terakhir pandemi covid-19 juga menghalangi para petani buruh untuk menggarap lahan. “Kalau yang masuk akhir-akhir ini kentang sayur (granola) lumayan banyak sampai satu ton per angkutan, sebelumnya hanya enam kuintal, itu pun sebelum corona ini,” kata Umam, salah satu penyalur. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: