Petani di Temanggung Tak Menikmati Tingginya Harga Cabai 

Petani di Temanggung Tak Menikmati Tingginya Harga Cabai 

MAGELANGEKSPRES.COM,TEMANGGUNG - Harga cabai dipasaran saat ini sedang bagus. Kendati demikian, tingginya harga cabai ini tidak bisa dinikmati oleh petani. Sebab sebagian tanaman cabai milik petani terserang hama patek, kering dan rusak akibat cuaca yang terjadi akhir-akhir ini. \"Tidak mudah tanam cabai itu, serangan hamanya cukup banyak. Apalagi saat musim penghujan seperti ini,\" ungkap Slamet (45) salah satu petani di Lingkungan Sroyo Kelurahan Madureso Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Selasa (18/2). Menurutnya, serangan hama pada pergantian musim dari kemarau ke penghujan dan selama musim penghujan seperti ini lebih cepat jika dibandingkan dengan saat cuaca dalam kondisi normal. Ia mengaku, menanam 1.000 batang tanaman cabai sret merah. Namun lebih dari 50 persennya telah terserang penyakit patek sejak musim hujan sekitar Bulan Desember. Kondisi ini menyebabkan tanaman cabai miliknya tidak bisa berproduksi maksimal. \"Semula hanya muncul bintik-bintik coklat pada buah cabai, lama-lama makin kering, lalu membusuk,\"kata Slamet. Baca juga Panitia Sita Sejumlah Jimat Milik Peserta Tes CPNS Cabai yang sudah terserang patek, menurut Slamet, sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sebab jika tetap digunakan untuk memasak, rasanya pasti tidak enak. Karena itu tidak ada cara lain selain membuang cabai yang sudah terkena patek tersebut. \"Kalau sudah terkena hama seperti ini sudah tidak bisa ditolong lagi, paling-paling dibuang agar jadi kompos lagi saja,\" tuturnya. Slamet mengaku telah mencoba berbagai jenis pestisida utuk mengatasi serangan patek. Antara lain obat pertanian abasel, ditan, dan trakol. Namun semua upayanya sia-sia, patek makin menyebar pada tanaman cabai lainnya yang semula masih sehat. \"Penyemprotan dengan pestisida sudah dilakukan secara rutin, namun hama patek masih saja belum sembuh,\" keluhnya. Penyakit patek juga membuat produksi cabai turun drastis. Biasanya, setelah usia tanaman 3,5 bulan, petani sudah bisa melakukan panen. Panen dilakukan dalam 30 kali petikan tiap tiga hari sekali. Jika hasilnya bagus, tiap panen bisa mendapat 60 kilogram cabai sekali petik. Hasil panen yang masih bisa diselamatkan dari patek, kata Slamet terjual dengan harga Rp60 ribu per kilogram. Ia menjualnya pada seorang pengepul. Namun di pasar, harga cabai sudah mencapai Rp85 ribu per kilogram. Dalam kondisi normal cabai dipasarkan dengan kisaran harga Rp20.000-Rp24.000 ribu per kilogram. \"Namun karena hampir semua cabai saya kena patek maka meskipun laku terjual tidak seperti cabai yang kualitasnya bagus,\" tutunya. Ratno (50), petani lainnya mengalami hal yang sama. Sebagian besar tanaman cabainya juga terserang patek. Ia menanam 1.500 batang tanaman cabai sret dilahan kurang lebih seluas 2.000 meter persegi. \"Patek memang tidak menyebabkan petani rugi, karena cabai yang masih sehat masih laku terjual dan harganya tinggi. Namun hasil yang didapat hanya pas saja,\"kata Ratno. Tidak hanya serangan hama patek saja, sebagian tanaman cabai miliknya juga terserang hama lainnya, sehingga tanaman cabainya menjadi mengering dan tidak bisa berproduksi lagi. \"Kalau yang mengering sudah tidak bisa ditolong lagi, terpaksa dicabut dan dibuang,\" tuturnya.(set)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: