Purworejo Butuh Gerakan Penyelematan Lingkungan
MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO - Ancaman potensi bencana di Kabupaten Purworejo kian tinggi seiring adanya perubahan kultur masyarakat yang kian gencar melakukan alih fungsi lahan hijau dan cenderung mengabaikan lingkungan jangka panjang. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan menggalakan gerakan penyelamatan lingkungan, antara lain penanaman pohon. Hal itu disampaikan Direktur Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Purworejo, Hermawan Wahyu Utomo, Senin (3/2). \"Kondisi saat ini lumrah kalau banjir dan longsor itu banyak terjadi. Karena air tidak meresap ke dalam tanah, tapi mengalir di permukaan saja,\" ungkap Hermawan. Berdasarkan pengalamannya mengelola sumber air bersih untuk kebutuhan PDAM, banyak sumur yang membutuhkan perawatan lagi. Titik mata air banyak mengalami perubahan hingga hilang. \"Setiap tahun sumber air itu terus menurun,\" sebutnya. Menurutnya, dari hasil kajian bersama dengan teman-teman alumninya di Institut Teknologi Bandung (ITB), memang terjadi perubahan cekungan di dalam tanah. Padahal, cekungan itu menjadi titik peyimpanan air. \"Jadi cekungan di dalam tanah itu sekarang banyak yang hilang. Makanya banyak sumber mata air yang mati,\" ungkapnya. Pola masyarakat yang melakukan penggantian terhadap tanaman keras dengan tanaman instan menjadi pemicu keringnya sumber air. Tanaman instan tidak mampu berfungsi sebagai penyimpan air, malah sebaliknya menyedot air. \"Memang di tengah masyarakat banyak juga alih fungsi lahan. Katakan tanah itu lahan pemukiman, perkebunan atau dirabat. Itu air tidak bisa masuk ke tanah,\" jelasnya. Di badan usaha yang dipimpinnya, saat ini PDAM rutin memberikan rangsangan bagi masyarakat untuk kembali menanam. Tidak hanya pelanggan, melainkan juga masyarakat nonpelanggan. \"Kita perlu menjaga kelestarian lingkungan di daerah tangkapan air. Makanya di kawasan itu diberikan tanaman gayam, jati, beringin dan sebagainya. Tapi kita memilih yang bernilai jual seperti gayam dan jati,\" katanya. Sementara untuk kawasan perkotaan, dirinya memilih memberikan tanaman buah. Ini dimaksudkan semangat untuk menanam tetap terjaga karena tanaman itu dapat dinikmati buahnya. “Selain kondisi tanah terjaga, masyarakat juga memperoleh buahnya,” tandasnya. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: