Ratusan Sopir Truk di Temanggung Mogok, Kesel Ulah Awak Bus yang Nekad Angkut Barang
TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.COM – Ada fakta menarik di balik aksi demo ratusan anggota komunitas sopir truk di Terminal Bus Temanggung, Selasa (22/2) siang. Beberapa dari mereka juga menggeruduk sebuah rumah makan di wilayah Kecamatan Kranggan. Aksi tersebut dilatarbelakangi oleh kekesalan para anggota paguyuban yang menemukan ada satu unit armada bus yang nekad hendak membawa muatan cabai di tengah aksi mogok para sopir truk. Rofik (40), warga Temanggung yang menjadi salah seorang awak pengemudi truk yang ikut terjun dalam aksi demo tersebut mengungkapkan, penggerudukan para anggota paguyuban di sela acara demo sendiri tak lain adalah wujud kekesalan mereka akibat ada pihak-pihak yang mencoba mengambil keuntungan di tengah aksi mogok serentak siang tadi. “Sekarang begini, kita sudah sepakat untuk mogok dan menggelar aksi unjuk rasa serentak yang diikuti oleh para awak atau sopir truk ekspedisi. Semua berhenti aktifitas membawa muatan khusus pada hari ini. Eh, malah ada pihak PO bus yang mengambil keuntungan dengan berani membawa muatan cabai,” jelasnya usai aksi demo. Kekesalan mereka bukan tanpa alasan, pasalnya ulah oknum awak PO bus itu dianggap sudah mencederai kesepakatan para anggota paguyuban yang sengaja tidak akan bekerja waktu demo berlangsung. Terlebih, PO bus itu dituduh mencari keuntungan sepihak usai tahu tidak ada satupun ekspedisi pengiriman barang di hari itu. “Ini jelas memanfaatkan situasi. Saat kita semua para awak angkutan truk menggelar unjuk rasa, PO bus tau ada celah untuk dapat uang dengan menggunakan armada sebagai sarana pengangkut cabai. Untuk ketahuan dan tidak jadi karena memang kita datangi lokasi tempat pengusaha PO-nya,” urainya. Rofik menambahkan, selain dianggap sebagai pihak yang mengambil keuntungan sepihak di tengah beragam problematika yang dialami para sopir truk, hal itu juga jelas menyalahi peruntukan armada. Menurutnya, sudah jelas bahwa bus adalah armada sebagai sarana untuk mengangkut manusia atau orang, bukan ekspedisi barang. Sebaliknya, truk diperuntukkan untuk memuat barang, bukan manusia. “Aturannya jelas, bus ya untuk manusia bukan ekspedisi mengangkut barang. Sama dengan truk yang sesuai aturan memang diperuntukan memuat barang, bukan manusia. Lha wong kami aja dengan memperjuangkan nasib, kok malah ada yang coba-coba cari keuntungan,” ungkapnya kesal. Ditambahkan, aksi demo sendiri digelar sesuai kesepakatan seluruh awak truk sebagai moda transportasi pengangkut barang secara serentak. Hal ini disebabkan oleh beragam alasan. Antara lain pihak sopir yang kerap dirugikan saat terjadi penilangan atas pelanggaran kelebihan muatan. Dimana pembayaran tilang selama ini harus ditanggung pihak sopir sendiri, tanpa perusahaan mau tahu masalah tersebut. “Sekarang begini, aturan ODOL kita harus membawa muatan tonase 4,5 ton kapasitas. Sebaliknya, sesuai D.O, pihak perusahaan mengharuskan kita membawa 8 ton misalnya karena pertimbangan hitung-hitungan ekonomi rugi laba. Tetapi dengan margin hasil sopir kecil, kita masih menanggung resiko tilang lah, belum pungutan-pungutan di jalan lah, biaya bongkar muat, dan lain sebagainya. Bayangkan, ekspedisi ke Jakarta misalnya, dua hari tidak tidur kita cuma bawa hasil sisa untuk keluarga Rp 50 ribu. Belum kalau ekspedisi pakan ayam. Dari jam 7 pagi sampai 11 malam, hasil kita hanya Rp 30 ribu sehari. Apa cukup. Kenapa petugas tidak menyalahkan pihak perusahaan saja, jangan kami yang disasar,” pungkasnya. (riz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: