Sektor Manufaktur Masih Rapuh

Sektor Manufaktur Masih Rapuh

MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Meski menunjukkan tren pemulihan terhadap sektor manufaktur yang tercermin dari pertumbuhan Indeks Purchasing Managers Indeks (PMI), namun potensi penurunan hingga akhir 2020 masih besar. Kondisi ini mesti diwaspadai pemerintah. Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Adry Satrio Nugroho mengatakan, jika penanganan Covid-19 lambat, maka kinerja manufaktur akan akan landai. \"Tren peningkatan PMI ini memang sebuah prestasi. Tapi, kedepannya akan masih ada kemungkinan stagnan,\" katanya, kemarin (3/9). Dia menyebutkan, data dari IHS Markit, indeks PMI Indonesia pada Agustus berada pada level 50,8, membaik dibandingkan realisasi Juli, 46,9. Artinya, indeks di atas angka 50 menunjukkan industri suatu negara dalam situasi ekspansif. Pandemi Covid-19, kata dia, menyebabkan daya beli masyarakat menjadi terbatas, sehingga menekan tingkat permintaan pada output industri yang menjadi salah satu indikator PMI. Jaring pengaman sosial yang sudah digelontorkan pemerintah terbukti belum memberikan dampak signifikan pada konsumsi. Untuk itu, saran dia, yang utama dalam mengatasi permasalah tersebut adalah fokus pada penanganan di bidang kesehatan. Dia mencontohkan, di Bruney Darussalam dan Malaysia, penanganan Covid-19 cukup baik, sehingga daya beli masyarakat meningkat, karena tidak takut dengan ketidakpastian. Sementara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya keras akan mendorong perbaikan aktivitas di sektor manufaktur, sehingga pertumbuhan PMI hingga akhir 2020 terjaga dengan baik. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menargetkan PMI Indonesia dapat kembali menembus level 50,0 pada kuartal III/2020. \"Menggemberikan untuk industri di Indonesia karena masuk teritori ekspansi lebih cepat dari yang saya perkirakan. Saya menduga setelah kuartal III/2020 kita masuk teritori ekspansi,\" katanya. Agus memastikan akan menjaga program-program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga akhir tahun. Serta, memastikan penyaluran insentif bagi sektor manufaktur bisa terserap dengan optimal. Selain itu, terus mendorong sektor manufaktur dapat meningkatkan produktivitas. Sementara menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu, pemulihan kinerja manufaktur nasional ditopang oleh peningkatan produksi dan pesanan baru. Kendati demikian, mesti diwaspadai karena pandemi Covid-19 masih tetap tinggi di dunia. \"Selain itu, adanya potensi gelombang kedua Covid-19 yang dapat menghambat aktivitas perekonomian serta membayangi proses pemulihan ekonomi ke depan,\" ujarnya. Menurutnya, peningkatan kinerja manufaktur ini menjadi sinyal yang positif bagi prospek pemulihan ekonomi Indonesia pada semester kedua 2020. Pasalnya, kontribusi sektor manufaktur memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. (din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: