Selamatan Suran di Telaga Menjer Digelar Rutin Selasa Pahing dan Jumat Kliwon

Selamatan Suran di Telaga Menjer Digelar Rutin Selasa Pahing dan Jumat Kliwon

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Keindahan kawasan Desa Menjer yang juga menjadi bagian dari kawasan wisata Telaga Menjer di Kecamatan Garung rupanya seakan tak pernah habis untuk diekspos. Bahkan beberapa budaya khas di desa-desa sekitar telaga juga patut untuk dipelajar. Salah satunya adalah selamatan suran yang digelar rutin tahunan setiap Selasa Pahing maupun Jumat Kliwon di Bukit Petarangan yang berada tak jauh dari Telaga Menjer. Menurut Kepala Desa Menjer, Slamet Raharjo, agenda doa dan syukuran rutin di bukit dengan ketinggian 1400 mdpl lebih tersebut memang sudah menjadi budaya setempat sejak lama. Bahkan ada catatan sebuah peristiwa penting di era awal kemerdekaan, yakni agenda akbar salat Istisqa, atau salat untuk meminta hujan. “Jadi dahulu saat aman kakek-nenek kami masih muda belia, ada suatu masa tidak hujan selama 9 bulan lebih. Waktu itu mungkin sebagian besar wilayah Wonosobo khususnya Garung paceklik. Hingga akhirnya seluruh warga desa, mungkin juga seluruh desa di kawasan ini menggelar salat meminta hujan. Dari kisahnya, semua hewan ternak juga dibawa ke atas untuk didoakan. Nah tak lama setelah warga turun dari bukit petarangan hujan segera turun,” tuturnya, usai agenda selamatan, Selasa pagi (1/9). Di puncak bukit terbentang tanah lapang yang mampu menampung ratusan warga dan dibangun sebuah penanda sebagai petilasan untuk Kiai Nur Iman, salah seorang tokoh yang dikenang jasanya oleh warga. Menurut Kades Raharjo, Bukit Petarangan memiliki banyak nama, di antaranya adalah bukit Padhepokan dan bukit wetan. Di tempat itu diyakini pernah menjadi tempat untuk bertemu tokoh-tokoh penting. Bahkan ada warga yang meyakini bahwa puncak bukit itu memiliki sejarah yang erat dengan era Mataram Islam. Baca Juga Kapolres dan Dandim Ajak Suporter PPSM Jaga Konduktivitas, Jelang Pilkada Kota Magelang “Dulu, sebelum diratakan, ada semacam sekat-sekat tinggi dari tanah, seakan-akan sekat ruangan. Ada jalan masuk utama sampai aula besar. Namun memang belum ditemukan tanda-tanda bekas bebatuan bangunan. Meskipun di kawasan bawah bukit ini pernah ditemukan benda purbakala seperti guci kuno. Ada juga tempat yang dinamai Pengangson Raden yang diyakini mata air untuk mereka yang ada di atas sini,” ungkapnya. Letaknya yang sangat dekat dengan jalur bukit Cinta Seroja Desa Maron juga menjadikan bukit petarangan mudah dijangkau warga. Selain sebagai sebuah tempat yang memiliki tautan sejarah tokoh agama di desa, bukit itu juga diyakini berkaitan dengan tiga kiyai pendiri Wonosobo yakni Kiai Karim, Kiai Walik, dan Kiai Kolodete. “Agenda selametan suran di sini diisi dengan tausiyah, doa bersama dan santap bersama. Warga membawa bekal makanan untuk satu keluarga yang disantap bersama-sama, memang sudah jadi tradisi sejak dahulu. Harapan kami, semakin sejahtera dan hubungan kekeluargaan dengan seluruh desa di sekitar juga terjaga,” tutur kades Raharjo. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: