Semakin Tertinggal, Daya Saing Indonesia dengan Singapura

Semakin Tertinggal, Daya Saing Indonesia dengan Singapura

JAKARTA - Peringkat daya saing Indonesia menurun, dari 45 menjadi 50. Penurunan ini, Indonesia menjadi semakin tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Penurunan daya saing RI membuat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution angkat surat. Menurut dia, Indonesia kalah cepat dengan negara lain dalam hal perbaikan level persaiangan. \"Sebetulnya, penyebabnya pasti karena orang lain perbaikannya lebih cepat. Tetapi kami sendiri memang sedang menyiapkan juga perubahan yang cukup besar-besaran,\" ujar Darmin di Jakarta, kemarin (10/10). Sejauh ini, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu, pemerintah telah melakukan sejumlah perbaikan guna mendorong investasi, seperti mempercepat perizinan investasi melalui sistem perizinan yang terintegrasi dalam jaringan (Online Single Submission/OSS). Baca Juga Apes, Dua Pemuda di Magelang Dihajar Massa, Gara-gara Mencuri 2 Tundun Pisang Tak hanya itu, pemerintah berencana melakukan berbagai kemudahan diantaranya penyederhanaan izin, syarat, prosedur, hingga penghapusan izin mendirikan bangunan (IMB) dan analis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Bahkan, pemerintah akan mengeluarkan penggabungan undang-undang alias omnibus law demi kemudahan invetasi. \"Itu nanti akan diresmikan dan diumumkan pada awal pemerintahan baru Pak Jokowi, sekarang kami tuntaskan dulu, mudah-mudahan beberapa hari ini tuntas,\" ucap dia. Darmin mengomentari Singapura mampu menyalip Amerika Serikat (AS) lantaran meniru keberhasilan AS dan Eropa. \"Sebenarnya Singapura menyontek dari AS dan Eropa. Malaysia juga, bukan \\\'nyontek\\\' lah dia, tapi meniru dia sempurnakan,\" kata dia. Sementara pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai penurunan peringkat daya saing Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga karena mereka berhasil mereformasi kebijakan sehingga dunia usaha menjadi menggeliat. \"Mengenai daya saing yang menurun, ini karena produktivitas. Persoalan kita bukan hanya turun, negara lain lompatannya lebih tinggi dan ini yang harus kita lakukan,\" kata Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Roeslani. Lanjut Rosan, agar daya saing Indonesia meroket, maka pemerintah harus segera merealisasikan program pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dia mengingatkan, keberhasilan program SDM harus melibatkan semua pihak. \"Jadi pekerjaan rumah kita utama dan akan menjadi prioritas lima tahun ke depan bagaimana SDM produktivitasnya meningkat dan tentunya dilakukan secara bersama-sama, baik pemerintah maupun pengusaha,\" pungkas Rosan. Sebelumnya, peringkat daya saing Indonesia merosot 5 peringkat dari 45 menjadi 50 dalam laporan \"The Global Competitiveness Report 2019\". Laporan itu dirilis World Economic Forum (WEF) pada pekan ini. Adapun skor daya saing Indonesia hanya turun 0,3 persen menjadi 64,6, meski secara peringkat turun hingga lima posisi. Posisi Indonesia sebelumnya, kini ditempati Bahrain. Sebagai informasi, posisi 10 besar ditempati oleh Singapura, AS, Hong Kong, Belanda, Swiss, Jepang, Jerman, Swedia, Inggris, dan Denmark. Sementara Malaysia berada di peringkat ke-27, China ke-28, Filipina ke-64, Vietnam ke-67, dan India ke-68.(din/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: