Siasat Ponpes An-Nawawi Jaga Santri Selama Pandemi
MAGELANGEKSPRES.COM,Munculnya klaster pondok pesantren di sejumlah daerah menunjukkan betapa virus Covid-19 tidak dapat disepelekan. Protokol kesehatan, menjadi tuntutan yang harus betul-betul dipatuhi dan dilaksanakan agar para santri dan kyai terhindar dari virus yang telah menghantui kita selama berbulan-bulan. Kedisiplinan merealisasikan program Jogo Kyai dan Jogo Santri di lingkungan Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan menjadi salah satu kunci bagi pondok pesantren terbesar di Purworejo tersebut terhindar dari ancaman virus Covid-19 yang mematikan itu. Li khomsatun uthfi biha, kharrol waba il khatimah. Al musthofa wal murtadho wabnahuma wa fatimah. Itulah salawat Li Khomsatun karya KH Hasyim As’ari yang terdengar bergemuruh di kumdandangkan ribuan santri menjadi puji-pujian menjelang salat maghrib di Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo. Semenjak virus Covid-19 masuk ke Indonesia, salawat Li Khomsatun yang diyakini mampu menangkal wabah penyakit tersebut menjadi konten pujian rutin bagi para santri sebagai salah satu ikhtiar batiniah agar terhindar dari bahaya terpapar virus Covid-19. Selain salawat Li Khomsatun, Pengasuh pondok pesantren, KH Achmad Chalwani tak henti-hentinya mengingatkan para santri agar melanggengkan wudhu dan rutin membaca salawat Tibbil Qulub serta membaca Al-Qur\\\'an. “Ikhtiar batiniah penting agar kita senantiasa diberikan pertolongan oleh Allah tanpa mengesampingkan usaha lahiriah. Maka, instruksi pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan melalui program jogo kyai, jogo santri dan jogo tonggo selalu kami patuhi. Seluruh keputusan yang kami ambil berkaitan dengan penanganan Covid-19 salah satu pertimbangannya adalah intruksi dari pemerintah yang disampaikan secara resmi melalui surat edaran maupun media lainnya,” terang Wakil Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah ini. Penerapan protokol kesehatan di lingkungan pesantren sebagai realisasi dari program jogo kyai, jogo santri dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diawali dengan pembentukan satuan tugas (satgas) penanggulangan virus Covid-19 di lingkungan Pondok Pesantren An-Nawawi. Juru bicara satgas, Sigit Pristiyono MPd langkah-langkah strategis telah diambil sejak awal guna mencegah adanya claster Covid-19 di lingkungan pondok pesantren. Langkah strategis tersebut di antaranya adalah dengan diterbitkannya Maklumat Pondok Pesantren An-Nawawi nomor: 170/PP.An/A.01/03/2020 tertanggal 25 Maret 2020 sebagai respon adanya surat edaran dari Gubernur Jawa Tengah dan surat edaran Pengurus Pusat RMI PBNU dalam mengantisipasi penyebaran virus Covid-19. Dalam maklumat tersebut disampaikan bahwa kegiatan haflah haul pendiri pondok pesantren (muassis) ditiadakan karena dalam kegiatan tersebut biasanya dihadiri oleh puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah di Indonesia, pengajian rutin jamaah tarekat setiap Ahad pagi diliburkan dan diganti dengan metode online melalui siaran channel youtube resmi milik pondok pesantren, kegiatan belajar mengajar santri ditiadakan dan seluruh santri dipulangkan ke rumah masing-masing. “Namun bagi santri yang berasal dari daerah yang berisiko tinggi atau masuk kategori zona merah tidak diperkenankan pulang ke rumah,” terang Sigit. Skenario pemulangan santri kemudian dirancang sedemikian rupa dan dengan protokol yang ketat untuk menghindari keramaian serta meminimalisir interaksi dengan penjadwalan waktu penjemputan dikelompokkan sesuai asal daerah santri. Para santri hanya boleh dijemput oleh orang tua atau wali santri menggunakan kendaraan pribadi, dilarang menumpang kendaraan umum. “Bagi santri yang berasal dari luar Jawa dipulangkan secara massal memakai armada bus carter hingga titik-titik penjemputan oleh masing-masing orang tua atau wali di setiap kabupaten/ kota asal santri. Paling jauh sampai Kepulauan Riau,” terangnya. Meski berada di rumah masing-masing, kegiatan mengaji juga tetap berjalan dengan mekanisme daring. Metode mengaji secara daring tersebut dikoordinasikan oleh masing-masing wali kelas madrasah melalui grup Whatsapp yang di dalamnya juga ada orang tua atau wali santri. “Jadi meskipun para santri tidak di pondok, tapi kegiatan mengaji tetap berjalan. Orang tua kami libatkan secara penuh untuk memantau dan mengawasi anak-anak mereka agar disiplin mengikuti kegiatan-kegiatan dari pondok pesantren secara daring,” imbuhnya. Prosedur protokol kesehatan juga diterapkan secara ketat saat santri kembali ke Pondok Pesantren 22 Juli 2020 lalu. Empat belas hari sebelum berangkat, para santri diharuskan melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Sebagai persyaratan formal santri harus membawa surat keterangan isolasi mandiri yang ditandatangani pemerintah desa serta surat keterangan sehat dari dokter atau puskesmas tempat tinggalnya saat datang. “Sama seperti saat penjemputan, mereka tidak diperkenankan naik transportasi umum, harus diantar oleh orang tua/ wali,” imbuhnya. Menyambut kedatangan santri, Satgas penanganan Covid-19 Pondok Pesantren An-Nawawi telah mempersiapkan skenario detail bagaimana mengelola 3.241 santri putra dan putri dari berbagai daerah di Indonesia mulai dari teknis pemeriksaan kesehatan, mekanisme karantina mandiri di masing-masing asrama hingga bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kegiatan belajar mengajar. “Kedatangan kami jadwalkan secara bertahap. Kami harus pastikan bahwa saat mereka kembali ke pesantren, kondisi kesehatannya betul-betul fit dan terlebih steril dari virus Covid-19,” imbuhnya. Setiba di asrama pondok pesantren, para santri dilarang keluar kompleks. Jika butuh membeli sesuatu di luar kompleks, Satgas Covid-19 telah mempersiapkan petugas piket untuk melayaninya. Sementara untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum sehari-hari, pihaknya bekerjasama dengan belasan warung di lingkungan pondok pesantren. “Hal itu sekaligus implementasi program Jogo Tonggo yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai upaya kami untuk membantu ekonomi masyarakat sekitar pesantren mengingat pandemi Covid-19 ini sangat memberikan dampak ekonomi yang dahsyat bagi masyarakat,” imbuhnya. Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo merupakan pondok pesantren dengan memadukan sistem pendidikan salaf dan modern. Metode pendidikan di lingkungan pondok pesantren masih menggunakan kitab-kitab klasik karangan ulama jaman dahulu namun manajemennya memakai sistem yang modern. Hamid Nur SH, Kepala Pondok Pesantren Putra menjelaskan, selain mengaji, Yayasan Pondok Pesantren An-Nawawi menyediakan fasilitas pendidikan formal yakni Madrasah Tsanawiyah An-Nawawi (setara SMP), Madrasah Aliyah An-Nawawi (setara SMA) hingga jenjang Perguruan Tinggi, Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi (STAI An-Nawawi). “Selama pandemi Covid-19, seluruh kegiatan pembelajaran tetap berjalan seperti biasa. Hanya saja, lokasinya yang diatur agar santri tidak keluar dari kompleks asrama pondok pesantren sehingga para guru atau dosen yang datang ke asrama. Kelas pembelajarannya memanfaatkan lokasi yang ada seperti di depan kompleks asrama dari lantai 1 hingga 3, aula, serambi masjid hingga depan kantin. Siasat ini kami lakukan agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat untuk meminimalisir risiko masuknya virus Covid-19 di lingkungan pondok pesantren,” terangnya. Untuk mengurangi kejenuhan karena para santri tidak diperkenankan keluar dari kompleks asrama, pihaknya menggelar berbagai kegiatan seperti perlombaan-perlombaan yang digelar saat libur mingguan maupun kegiatan ekstra lainnya yang berorientasi menghadirkan hiburan. “Kegiatan olahraga juga rutin kami laksanakan untuk memperkuat imun para santri guna meningkatkan kekebalan tubuh mereka,” katanya. Wagub Taj Yasin Maimoen sebagaimana dirilis oleh website jatengprov.go.id menggalakan Jogo Santri di masing-masing ponpes. Menurutnya ada empat fungsi Jogo Santri yang diadopsi dari Jogo Tonggo, yakni meliputi bidang kesehatan, ketahanan pangan, keamanan, dan hiburan. Bidang hiburan juga penting karena apalagi santri berada dalam pesantren terus menerus maka akan merasa bosan. “Maka perlu adanya kegiatan dalam ponpes yang menghibur santri seperti salawatan, latihan ceramah, dan lainnya yang sifatnya menghibur,” imbuhnya. Dijelaskan, sekitar 5.000 ponpes yang tersebar di Jateng terdiri dari berbagai model. Antara lain model salafiyah, modern, Quran, dan kombinasi antara salafiyah dan modern. Maka model-model ini harus dipetakan sedini mungkin untuk mencari solusi yang tepat menyesuaikan model ponpes. Ia menegaskan, untuk lebih memperketat penerapan protokol kesehatan di lingkungan ponpes, diperlukan peningkatan sinergi dengan berbagai pihak. Tidak hanya dengan lembaga atau organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan LDII, tapi dengan Satgas Jogo Tonggo, pemerintah daerah, TNI, dan Polri. (lukman hakim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: