SPALDS Jadi Harapan Atasi Pembuangan Limbah
MAGELANG SELATAN - Indonesian Urban Water, Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (IUWASH PLUS) menggelar “Workshop Pertemuan Para Pihak Dalam Rangka Menggali Pembelajaran Pengalaman Program Pembangunan SPALDS di Wilayah Padat Penduduk Kota Magelang” di Hotel Atria, Selasa (27/8). Manager Regional IUWASH, Jefry Budiman mengatakan, Kota Magelang merupakan salah satu kota padat penduduk yang menjadi target pelaksanan LSIC. Menurutnya, LSIC yaitu sebuah program yang memberikan kesempatan masyarakat mengatasi tantangan dalam pelaksanaan program-program air minum, sanitasi, dan perilaku hygiene yang adil dan setara. Pembangunan SPALD merupakan wujud dari program kerja IUWASH yang sudah dilakukan di beberapa kelurahan di Kota Magelang. \"Dari 17 Kelurahan sudah 13 kelurahan terbangun 20 unit dengan 160 sambungan rumah, sedangkan dana yang digunakan untuk konstruksi SPALDS yaitu Rp734 juta,” ujarnya. Turut hadir pada kesempatan itu Kepala DPUPR Kota Magelang Ch Yonas Nusantrawan Bolla, perwakilan Disperkim, Kepala Bappeda, Joko Soeparno, dan perwakilan dari 17 kelurahan, serta 20 utusan penerima pembangunan SPALDS. Jefry menjelaskan mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi di kota padat penduduk di antaranya, seperti kurangnya lahan untuk membangun septictank komunal yang bisa disambungkan banyak rumah dan susahnya mencari pengaliran yang lancar. Untuk itulah IUWASH mengenalkan beberapa konstruksi pembuangan limbah yang dapat digunakan di lahan yang sempit seperti Kota Magelang. “Septictank komunal besar bisa disambungkan 50-100 rumah namun membutuhkan lahan luas dan pengaliran yang lancar sedangkan konsep pembangunan di kota yang padat penduduk kita coba dengan jumlah lebih sedikit 2 -10 tangki yang bangunannya kecil dan bisa ditaruh sehingga lebih praktis,” urai Jefry. Joko Soeparno berpesan kepada masyarakat untuk meningkatkan pembangunan SPALDS dan merawatnya dengan baik. Hal tersebut bertujuan agar permasalahan lingkungan seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan yang terjadi dapat teratasi. “Karena kecenderungan masyarakat untuk tinggal di kota itu sudah 55%, maka saya mengimbau kepada seluruh masyarakat di setiap kelurahan untuk meningkatkan pembangunan SPALDS supaya masalah-masalah di kota padat penduduk ini bisa teratasi,” katanya. Peserta workshop semakin antusias dengan kehadiran dua narasumber yaitu Tatit Palgunadi selaku Urban Sanitation Specialist dan Bagus selaku Konsultan Teknis Perencanaan SPALDS di Kota Magelang. Menurut Tatit, pelaksanaan program LSIC yang sudah dimulai sejak Maret 2018 dan sudah terlaksana di beberapa kelurahan di Kota Magelang. Namun, memang tidak semua kelurahan bisa dibangun SPALDS karena beberapa kelurahan tidak memenuhi persyaratan pembangunan. “Setidaknya ada 13 kelurahan dari 17 kelurahan sudah dibangun SPALDS dari IUWASH karena memang ada tahapan tersendiri yang harus dilewati seperti kick off, promosi sanitasi, konstruksi 2 prototype dan 18 SPALDS, capacity building, monitoring evaluation, dan learning session,” jelas Tatit. (wid/dit)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: