Tanah Bergerak, Tembok Sekolah Retak

Tanah Bergerak, Tembok Sekolah Retak

MAGELANGEKSPRES.COM, WONOSOBO – Kondisi kontur tanah di salah satu kawasan Desa Kalibening Kecamatan Sukoharjo, yakni tanah bergerak berdampak pada beberapa bangunan penting termasuk beberapa fasilitas umum. Selain masjid dan gereja, beberapa sekolah seperti TK dan SDN 2 Kalibening juga terdampak pergerakan tanah yang selama lima tahun terakhir cukup mengkhawatirkan. Menurut salah satu pengajar TK, kondisi itu semakin meresahkan para guru dan warga sekolah ketika musim penghujan tiba. “Di Desa Kalibening ini memang tanahnya labil, jadinya kalau ada hujan seperti ini semakin mengkhawatirkan. Biasanya anak-anak diliburkan karena lantai dan dinding bangunan retak-retak dan gedungnya membahayakan,” ungkapnya kemarin (2/5). Menurut salah satu guru SDN 2, Heri Pranowo untuk kondisi bangunan kelas sebenarnya juga merupakan bangunan baru yang dibangun tahun 2012 hingga 2013. Tetapi karena kontur tanah yang bergerak terus, maka belum genap berusia 7 tahun bangunan berangsur rusak. Beberapa bagian penting seperti lantai, dinding, hingga langit-langit dan rangka atap terlihat butuh renovasi segera. “Yang terdampak bangunan kelas 3 mulai dari eternit, tembok, hingga lantai retak. Bahkan jarak retakan di dinding hampir 5 centimeter lebarnya, bisa dimasuki tangan siswa. Ini sangat mengganggu proses belajar mengajar sehari-hari apalagi ketika musim penghujan. Di musim hujan warga sekolah takut dan dipulangkan agak awal atau diliburkan,” ungkap Heri. Beruntung menurut Heri, ketika kondisi hujan, warga sekolah belum pernah terkena imbas dari kondisi bangunan. Sehingga diharapkan para pengajar maupun siswa di momentum Hardiknas, bisa ada perhatian dari pemerintah. “Kami mohon solusi agar anak-anak bisa belajardengan aman dan nyaman. Kelas 5 dan 6 juga terkena dampaknya, apalagi mereka sebentar lagi lulus. Bahkan bangunan yang baru jadi tahun 2016 juga terdampak tembok retak,” imbuhnya. Salah satu siswa, Faisal Masaid mengaku khawatir ketika sedang berada di dalam kelas bisa terjadi sesuatu pada bangunannya. Berulangkali siswa dipulangkan karena kondisi hujan dan dikhawatirkan membahayakan siswa. “Kami belajar tidak nyaman karena pagar rusak retak takut atap jatuh,” katanya. Sedangkan menurut Ponijem selaku majelis di gereja Kristen Jawa Kalibening, mengaku kondisi itu sudah ada sejak lima tahun lebih. Bahkan kondisi bangunan saat ini makin parah karena tanah labil, sehingga ketika setiap tahun dibetulkan dan diperparah kejadian tanah amblas. “Karena kondisi tanah labil, sehingga butuh renovasi terus menerus. Meski tidak hujan juga sering terjadi. Otomatis, saat kegiatan terganggu karena genting dan atap rusak sehingga bocor dan tidak nyaman dan memang memperihatinkan. Harapan kami kalau ada dana mungkin bisa direnovasi dan agar bisa aman ketika agenda ibadah,” pungkasnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: