Tiga Dosen Untidar Tingkatkan Produksi Keripik Talas

Tiga Dosen Untidar Tingkatkan Produksi Keripik Talas

MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG – Tiga Dosen Universitas Tidar (Untidar), Magelang, Jawa Tengah melangsungkan Program Pengabdian Unggulan Universitas. Mereka adalah Nani Mulyaningsih, S.T.,M.Eng.1, Sri  Hastuti,S.T., M.T.2, Siti Nurul,S.P.,M.P3. Dalam pengabdiannya di Dusun Jambeyan, Desa Balesari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang pada 19 Agustus 2020, mereka melakukan pembenahan proses produksi. Yaitu, membuat sebuah teknologi perajang talas yang dapat membantu pekerja mengolahnya menjadi rajangan keripik dengan cepat dan higienis. “Dari survei yang dilakukan di lokasi dan penjelasan dari mitra didapatkan bahwa proses pengolahan keripik talas yang dilakukan, mulai dari pengupasan, pencucian, perajangan, perendaman, sampai pengemasan masih menggunakan tenaga manusia. Semua dikerjakan secara manual dengan alat tradisional,” kata Nani Mulyaningsih kemarin (4/9/2020). Dijelaskan, cara pengolahan tersebut mempengaruhi kecepatan produksi. Sedangkan permintaan kebutuhan di pasaran terus meningkat seiring berkembangnya industri pangan makanan ringan. “Produk keripik talas bu Anik dijual dalam bungkus plastik dengan harga Rp7.000/bungkus (kemasan ¼ kg). Permasalahan yang dijumpai adalah masih rendahnya produksi yang dihasilkan yaitu sekitar 12 kg/ jam,” tambahnya. Dijelaskan Sri  Hastuti, hal ini dikarenakan pada saat perajangan talas masih menggunakan alat perajang manual sederhana yang sudah usang dan karatan. Sehingga, waktu yang diperlukan menjadi cukup lama dan mengakibatkan pengrajin tersebut tidak dapat memenuhi pesanan  secara tepat waktu. Baca juga Naik Becak, Aji-Windarti Mendaftar ke KPU “Berdasarkan jumlah rajangan yang harus dihasilkan dan perhitungan, maka mesin ini dihasilkan sebuah mesin perajang talas dengan spesifikasi sebagai berikut: motor listrik ¼ HP, putaran 470 rpm, pisau sebanyak 4 buah berbahan stainless steel,” jelasnya. Atas hal itu, pembuat talas di desa tersebut diberikan mesin perajang. Setelah itu diberi demotrasi dan pelatihan untuk memberi pengetahuan, pengalaman, pemahaman, serta memberikan contoh praktis. “Dengan target mitra mampu mengoperasikan mesin perajang, cara menjaga keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut bertujuan agar jika terjadi kerusakan dapat memperbaiki sendiri,” tandasnya. Siti Nurul menambahkan, adapun cara kerjanya yaitu setelah talas di kupas, kemudian ditaruh dalam suatu wadah. Lalu dilakukan perajangan dengan cara memasukkan talas ke dalam corong masuk. Setelah talas terajang akan jatuh ke corong keluar dan masuk tempat penampungan. “Dari hasil demostrasi ke mitra  menunjukkan bahwa mesin perajang talas ini sesuai yang diharapkan mitra. Yaitu, mampu merajang dengan praktis dan cepat. Jika digoreng tidak menggumpal, cepat  kering dan rajangan talas tidak mudah hancur. Rancangan mesin ini juga dilengkapi dengan pengatur kecepatan otomatis dengan model hantaran berbentuk bulat dan segiempat sehingga bentuk dan ukuran keripik dapat diatur sesuai keinginan,” bebernya. Dari hasil pelatihan diperoleh gambaran bahwa ternyata mitra membutuhkan penerapan teknologi yang membantu mempercepat pekerjaan mereka. “Dari kegiatan yang telah dilakukan, mitra merasa puas dan terbantu dengan mesin tersebut. Mesin mampu meningkatkan produksi menjadi 110 kg/jam,” pungkasnya. (rls/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: