Tragedi Mina Bisa Terulang

Tragedi Mina Bisa Terulang

Bila Penambahan Kuota Haji Tak Diikuti Perluasan Kapasita MAGELANGEKSPRES.COM - Penambahan kuota haji bisa menjadi pemicu terjadinya tragedi kemanusiaan jika tidak dibarengi dengan perluasan dan penambahan kapasitas serta daya tampung Mina. Dan Pemerintah RI sangat berharap pemberian tambahan 10.000 kursi menjadi kuota permanen untuk merealisasikan target 250.000 jemaah setiap tahun. \"Ini yang menjadi kekhawatiran pemerintah. Kuota ditambah tapi fasilitas belum juga diperluas. Yang paling urgen adalah kawasan Mina. Jangan sampai peristiwa lampau terulang kembali,\" papar Amirul Haji Lukman Hakim Saifuddin, kemarin (2/8). Menurutnya, pengembangan juga mampu dilakukan di kawasan Masjidil Haram, Masjid Nabawi di Madinah hingga Arafah. \"Sangat memungkinkan kawasan itu diperluas,\" terang Menteri Agama itu saat meninjau pemondokan jamaah di beberapa wilayah di Kota Mekkah. Penambahan kuota, sambung dia, merupakan kabar baik. \"Ya jelas, kita bahagia. Dampak positifnya, antrean masa tunggu saudara-saudara kita semakin dekat. Tapi harus diingat problem kuota itu terkait dengan kapasitas daya tampung Mina,\" jelasnya. Pemerintah RI, sambung dia, telah meminta kepada Pemerintah Arab Saudi untuk segera meningkatkan kapasitas dan daya tampung Mina, termasuk menambah tenda-tenda dan toilet-toilet yang ada. Dengan begitu, kata dia, kalau kapasitasnya meningkat maka penambahan kuota menjadi sesuatu yang tidak mengkhawatirkan. \"Tapi kalau menambah kuota tanpa dibarengi atau didahulukan dengan penyiapan infrastruktur di Mina itu akan menjadi tragedi kemanusiaan karena itu mengancam keselamatan jiwa jamaah kita,\" katanya. Di akhir kesempatan Lukman berpesan jemaah haji Indonesia agar selalu menjaga nama baik dan citra Indonesia selama menunaikan ibadah haji di tanah suci. \"Mari menjaga nama baik Indonesia, karena jemaah ini juga duta bangsa. Pada diri kita melekat merah putih, melekat Garuda, jaga nama baik bangsa,\" pintanya. Citra yang baik ini menurut Menag bukan serta merta diperoleh oleh jemaah Indonesia. Melainkan ini hal yang telah terpupuk berkat tradisi yang dilakukan oleh jemaah haji Indonesia di masa lalu. \"Oleh karenanya, jadikan tertib dan santun ini sebagai tradisi di tanah suci. Sehingga anak cucu kita juga memperoleh predikat itu juga,\" pesannya. Sementara itu, sebanyak 184.285 jemaah haji Indonesia tiba di Tanah Suci, berasal dari 457 kelompok terbang (kloter). Dengan jumlah petugas 2.285 orang. Dan dari informasi yang didapat 46 jemaah wafat. Baik di Madinah, Makkah maupun saat mendarat di Jeddah. Ini mengutip data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag pada Jumat (2/8) pukul 17.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Sementara 178.14 jemaah haji sudah berada di Makkah hingga kemarin malam. Jumlah jemaah ini berasal dari 442 kloter dengan jumlah petugas 442 kloter. Jemaah siap melaksanakan rangkaian ibadah haji, yang puncaknya Wukuf di Arafah. Nah untuk empat kelompok terbang (kloter) gelombang kedua juga sudah mendarat di Bandara Prince Mohammed Bin Abdulaziz, Madinah. Keempat kloter tersebut adalah BDJ17, BDJ 19 dari Embarkasi Banjarmasin. Kemudian UPG 35 dan UPG 40 dari Ujung Pandang atau Makasar. Kepala Daerah Kerja Bandara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Arsyad Hidayat mengatakan, gelombang kedua seharusnya mendarat di Bandara King Abdulaziz (KAIA) Jeddah. Tetapi karena padatnya lalu lintas penerbangan di KAIA, maka terpaksa dialihkan ke Madinah. \"Empat penerbangan mendarat di Madinah yang seharusnya di Jeddah. Hal itu karena padatnya jadwal pendaratan di Jeddah,\" ujar Arsyad. Sebelumnya, PPIH telah berupaya memindahkan pendaratan empat kloter tersebut ke Bandara King Abdulaziz. Sebab, berdasarkan jadwal, jamaah haji yang masuk dalam gelombang dua datang ke Tanah Suci melalui Jeddah dan pulang ke Tanah Air lewat Madinah. Namun karena adanya tambahan kuota 10.000 jamaah haji, empat kloter dari Banjarmasin dan Ujung Pandang (Makassar) terpaksa didaratkan di Madinah karena slot kedatangan pesawat di Jeddah sudah sangat padat Arsyad menambahkan, saat tiba, jemaah haji dari empat kloter tidak akan menginap di Madinah, namun langsung menuju Makkah menggunakan bus. Perjalanan Madinah-Makkah mengambil waktu setidaknya 6-7 jam. \"Para jamaah haji juga sudah berpakaian ihram sejak dari embarkasi karena akan langsung mengambil niat ihram atau mikot di Bir Ali,\" lanjut dia. Seperti petugas penjemputan jemaah dan katering. Daker Bandara telah mengirimkan satu tim khusus petugas yang siap bekerja sama dengan petugas haji dari Madinah. Sementara untuk katering, daker bandara telah bekerja sama dengan daker Madinah. Jadi para jamaah akan tetap mendapat makan sebagaimana yang dierima jamaah gelombang kedua. Seperti gelombang kedua lainnya, jamaah empat kloter ini akan kembali ke Tanah Air lewat Madinah untuk melaksanakan ibadah sunnah arbain atau shalat wajib 40 waktu tanpa putus di Masjid Nabawi. (ful/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: