Upaya Pencegahan DBD Tetap Dilaksanakan
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG SELATAN - Pandemi Covid belum berakhir. Meski demikian Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Magelang masih tetap fokus dalam upaya pengendalian penyakit lainnya. Terlebih penyakit lainnya juga harus menjadi kewaspadaan agar tak menimbulkan korban jiwa. Salah satu upaya yang ditempuh Dinkes Kota Magelang adalah mempertahankan anggaran penanganan dan pencegahan demam berdarah dengue (DBD). Anggaran pengendalian penyakit ini tidak terdampak refokusing penanganan Covid-19, seperti pos anggaran lain. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Magelang, Yis Romadon menyebut ada dua kegiatan yang menyerap anggaran DBD cukup besar yakni pengasapan atau fogging yang mendapat alokasi sebesar Rp173 juta per tahun. Kemudian gaji para kader juru pemantau jematik (jumantik) mencapai Rp92 juta terhitung sampai akhir Desember 2020 mendatang. \"Anggaran ini nggak direfocusing karena DBD ini penyakit yang nggak bisa diprediksi,\" kata Yis, kemarin. Ia menjelaskan, untuk anggaran pengasapan baru dikeluarkan di 20 titik lokasi. Pada tahun ini, menurutnya, kasus DBD di Kota Magelang tidak sebanyak tahun lalu pada periode yang sama, Januari-Juli. \"Tahun 2019 ada 73 kasus DBD dan 342 kasus demam dengue (DD), sedangkan tahun ini ada 15 kasus DBD dan 79 kasus DD tersebar di 9 kelurahan,\" jelasnya. Baca Juga Pasien Positif di Kabupaten Magelang Tambah Empat, Tiga Sembuh Menurutnya, ada dua kelurahan dengan temuan kasus tertinggi. Kelurahan Magelang dengan 3 kasus dan Kelurahan Jurangombo juga 3 kasus. Ia meminta peran aktif masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), agar perkembangan nyamuk aedes aegypti terkendali. \"PSN dengan 3M plus, menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan bahan bekas untuk didaur ulang, dan menghindari gigitan nyamuk dengan memakai pakaian panjang, kelambu, obat nyamuk dan sebagainya,\" ujarnya. Ia mengakui, beberapa wilayah Kota Magelang terdapat pemukiman padat penduduk. Hal ini, kata dia, berpotensi terjadi penularan DBD. \"Nyamuk pembawa virus dengue itu mampu terbang dalam radius 100-200 meter. Nyamuk akan mudah berpindah tempat, dalam jarak dekat,\" terangnya. Menurut dia, para kader jumantik akan langsung melakukan pemantauan di lapangan jika dalam dalam satu rumah ada yang kena DBD atau DD, diikuti warga sekitar mengalami demam. Hasil dari penyelidikan epidemiologi (PE) akan langsung ditindaklanjuti. \"Tapi harus kita akui bahwa saat pandemi Covid-19, kegiatan penyuluhan sedikit terkendala. Tapi bisa diatasi sepanjang mereka patuh terhadap protokol kesehatan,\" pungkasnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: