Walang Sangit Menyerang, Petani di Kota Magelang Diminta Waspada
MAGELANGEKSPRES.COM.Para petani padi diimbau untuk meningkakan kewaspadaan terhadap risiko serangan walang sangit salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sebab, serangan hama ini mampu menurunkan kualitas beras. Bahkan, butiran beras menjadi tidak mulus dan cenderung kusam. ”Jadi para petani harus waspada lebih dini terhadap OPT walang sangit pada masa generatif tanaman padi sawah,” kata I Made Redana, fasilitator Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang, Kamis (17/10). Melalui SPLHT, Made telah memberikan pengetahuan kepada para petani untuk pembuatan Plant Growth Promoting Regulator (PGPR) dan Bakteri Merah. PGPR, lanjutnya, sangat penting sebagai bioprotectan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi). ”Sedangkan Bakteri Merah sangat baik untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman,” ujarnya. Baca Juga Borobudur International Symposium di Magelang, Bedah 470 Makalah Adapun dalam SPLHT yang sudah selama 2 bulan itu diikuti oleh 25 petani anggota kelompk tani (poktan) Subur Makmur Magelang. Kegiatan ini juga diikuti oleh Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang. Sementara itu, Kepala Disperpa Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko melalui Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun, meminta petani untuk terus meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan dalam produksi padi sawah dengan pendekatan SLPHT. Menurutnya, dengan pendekatan SLPHT, petani akan lebih mandiri dalam mengatasi sejumlah masalah hama dan penyakit tanaman dengan solusi yang ramah lingkungan. Ia menuturkan, penggunaan pestisida dan bahan kimia untuk pertanian dari waktu ke waktu akan semakin ditekan karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat. ”Di masa mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, produk-produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan, bila memungkinkan sampai level organik,” tuturnya. Seorang Penyuluh Pertanian Madya Disperpa Among Wibowo, menambahkan terkait progress pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah varietas padi Ciherang yang ditanam di lahan SLPHT dapat tumbuh optimal. Secara rata-rata tinggi tanaman mencapai 70-80 cm, lebih tinggi dibandingkan petak petani yang hanya mencapai 60-70 cm. Sedangkan dari sisi jumlah anakan produktif rata-rata 20-25 anakan, lebih banyak dibandingkan petak petani yang hanya di kisaran 18-21 anakan. ”Indikator tersebut sebagai awalan saja, yang terpenting nanti fase pada saat padi bunting (pengisian bulir) harus dimaksimalkan,” pungkasnya. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: