Warga Semalem Magelang Kembali Hidupkan Rejeban, Seperti Apa Jalannya?
MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.COM - Tradisi Rejeban di Dusun Semalen Desa Ngadirojo Kecamatan Secang kembali dihidupkan, setelah sempat terhenti cukup lama. Kegiatan yang diikuti warga Muslim tersebut kembali dimulai pada Kamis (17/02/2022) malam bertempat di Aula Masjid Al-Huda dusun setempat. ”Kegiatan Rejeban ini adalah salah satu dari sekian banyak adat istiadat dan kearifan lokal, terutama untuk kami yang berada di pedesaan,” ucap Tokoh Masyarakat Semalen sekaligus Penggagas kegiatan tersebut, H Zaenudin. Kegiatan Rejeban tersebut adalah memuliakan Bulan Rajab, karena bulan tersebut adalah salah satu diantara bulan yang diistimewakan Allah SWT. Selain itu pada bulan Rajab malam ke 27 telah terjadi peristiwa penting yaitu Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW. \"Inti dari kegiatan ini dengan latar belakang peristiwa spiritual Isro’ Mi’roj yang merupakan perjalanan spiritual satu malam Rasulullah SAW menuju langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha untuk menerima Wahyu sholat lima waktu. Karenanya dalam bulan Rajab ini diharapkan perbanyak melantunkan shalawat dan bersedekah untuk memuliakannya,” jelasnya. Secara teknis dalam pelaksanaan kegiatan Rejeban tersebut masyarakat berkumpul di Masjid Al Huda Dusun Semalen dengan membawa berbagai makanan. Setelah dilakukan doa bersama dan membaca sholawat, makanan tersebut dinikmati bersama (Kembul Bujana). ”Selain sumbangan berbentuk makanan yang kita gunakan untuk Kembul Bujana, juga kami kumpulkan sumbangan berbentuk uang yang nantinya akan digunakan untuk kepentingan masyarakat,” jelas Zaenudin. Dalam kesempatan itu, satu warga Dusun Semalen, Alfian memberikan apresiasi dan dukungan atas diselenggarakannya kembali tradisi rejeban ditempatnya. Hal itu menurutnya dapat mempererat tali silaturahmi dan gotong-royong ditengah modernisasi zaman. \"Rejeban merupakan satu kegiatan yang memang harus dilestarikan. Selain untuk memuliakan Bulan Rajab, kegiatan ini juga untuk memupuk tali silaturahmi dan kebersamaan ditengah modernisasi jaman saat ini,” ungkap Alfian. Menurut Alfian, tradisi dan kearifan lokal seperti ini yang mampu untuk membentengi hilangnya rasa kemanusiaan dan nasionalisme bangsa. Bahkan kegiatan tersebut juga dapat masuk dalam sektor pariwisata sebagai salah satu kekayaan tradisi suatu daerah. “Gotong-royong, golong-gilig masyarakat dusun melalui kegiatan tradisi seperti ini yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kami berharap kegiatan tradisi ini dapat terus berjalan dan pesan moral dari kegiatan ini dapat terus tersampaikan dan mengakar ke generasi yang akan datang,\" tutur Alfian.(cha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: