Waspada Perang Hibrid
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus memapu mengantisipasi pertempuran masa depan yang terjadi singkat namun menghancurkan. Prajurit TNI harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para prajurit TNI mampu mengantisipasi berbagai karakter baru pertempuran di masa depan. Karakter pertempuran akan lebih cepat, namun daya hancurnya lebih besar. \"Kita harus siap mengantisipasi karakter baru pertempuran masa depan yang mempunyai daya hancur lebih besar high level distraction,\" katanya dalam acara peringatan HUT TNI Ke-75 di Istana Negara yang dihadiri Wakil Presiden Ma\\\'ruf Amin, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Kepala Staf Presiden Moeldoko, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Senin (5/10). Pertempuran masa depan akan lebih singkat dalam menentukan pemenang. Sebab pertempuran akan menggabungkan berbagai taktik. \"Pertempuran yang berjalan lebih singkat dalam menentukan pemenang dan pertempuran hibrida yang menggabungkan berbagai taktik sekaligus, baik konvensional maupun nonkonvesional, serta taktik lintas dimensi, baik sosial, politik, maupun ekonomi,\" ungkapnya. Karenanya, untuk menjadi pemenang, TNI harus mampu melakukan transformasi organisasi dan transformasi teknologi. \"Revolusi industri jilid 4 telah menghasilkan teknologi-teknologi baru yang mengagumkan, termasuk teknologi militer. Saat ini kita sedang berada pada era lompatan teknologi militer yang akan memengaruhi taktik dan strategi perang masa depan,\" katanya. Para prajurit TNI harus mampu memahami dan memanfaatkan lompatan di bidang teknologi informasi, teknologi nano, dan teknologi kecerdasan buatan. \"Untuk menguasai lompatan teknologi militer terkini, kita harus bersungguh-sungguh mengubah kebijakan dari belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan,\" katanya. Kebijakan investasi pertahanan adalah dengan berpikir jangka panjang, sistematis, konsisten, dan berkelanjutan. \"Hanya melalui kebijakan investasi pertahanan jangka panjang yang terencana, TNI akan mampu menjadi kekuatan perang modern yang mengikuti perkembangan teknologi termaju,\" kata Presiden. Jokowi juga mengapresiasi organisasi TNI yang telah bertransformasi secara signifikan dalam 5 tahun terakhir. Sebagai salah satu contohnya telah melahirkan sejumlah komando gabungan, divisi, dan satuan baru, seperti Divisi III Komando Strategis Cadangan Angakatan Darat (Kostrad), Komando Operasi III Angkatan Udara, Armada III Angkatan Laut, dan Pasukan Marinir Ke-3. Selain itu juga telah dibentuk kekuatan gabungan tiga matra TNI, yakni tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan), tiga skadron Drone Angkatan Udara dan Satuan Siber TNI. \"Pembentukan satuan organisasi baru TNI ini merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk terus melakukan transformasi organisasi TNI agar TNI terus kukuh dalam menjalankan perannya,\" katanya. Senada dilontarkan pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati. Menurutnya TNI harus meningkatkan kemampuan dan persenjataannya menghadapi ancaman hibrida, yakni ancaman senjata kimia, biologi, radiasi, dan nuklir. \"TNI harus segera meningkatkan kemampuan dan persenjataannya untuk menghadapi ancaman CBRN (chemical, biology, radiation, and nuclear). Ini dikenal sebagai ancaman hibrida dan telah mengubah perspektif ancaman di masa mendatang,\" ujarnya. Selain itu, dalam operasi militer selain perang (OMSP), TNI juga menghadapi tantangan baru, yakni penanggulangan bencana non-alam, yakni pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 merupakan ancaman nirmiliter, yang berbeda dengan ancaman militer dan nonmiliter. \"Dari Perspektif Sistem Pertahanan Negara, maka OMSP menghadapi Pandemi COVID-19 juga dapat diterapkan menghadapi ancaman senjata biologis,\" ujarnya. Dikatakannya, ancaman senjata nuklir, senjata kimia, dan senjata radiasi memiliki skala tinggi untuk dideteksi dan ditangkal. \"Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI,\" katanya. Kemampuan TNI menghadapi ancaman senjata biologis pada gilirannya bisa diimplementasikan untuk menghadapi Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction) lainnya. \"Melihat semakin luasnya ancaman dalam kurun waktu ke depan TNI membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusianya sebagai bagian modernisasi Alutsista sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang andal,\" katanya. Sementara Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid meminta TNI dapat memperkuat alutsistanya. Sebab tugas TNI yakni menjaga Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sangat berat. \"Di tengah globalisasi, tantangan TNI akan semakin berat. Tantangan itu berupa ancaman ketahanan ideologi bangsa dan kesiapan alutsista,\" katanya. Untuk menjaga wilayah teritori Indonesia yang sangat luas, dari Sabang sampai Merauke, dari Talaud hingga Rote, menurutnya TNI harus diperkuat alutsistanya. “Sebagai negara kepulauan yang bentangannya sangat luas, TNI perlu alutsista yang lengkap. Hal demikian untuk menjaga kedaulatan dan teritori bangsa dan negara,\" ucapnya.(gw/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: