Pesona dan Keunikan Candi Ngawen Kabupaten Magelang
Keasrian dan Pesona Candi Ngawen, salah satu peninggalan sejarah bercorak Candi Buddha yang berada di tengah Desa Ngawen Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. (foto : ika zahara/magelang ekspres)-Pengelola Candi Ngawen-magelang ekspres
KABUPATEN MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Candi mungil yang terletak di tengah Desa Ngawen Kecamatan Muntilan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh candi-candi di Jawa.
Candi Ngawen, merupakan peninggalan sejarah bercorak candi Buddha yang terdiri dari 5 buah candi yang berderet sejajar. Candi ini dikelilingi oleh persawahan sehingga menawarkan sejuta keindahan dan keunikan.
Awalnya, candi ini ditemukan ilmuwan asal Belanda, NW Hoepermans pada tahun 1864. Ia penasaran dengan adanya arca tertimbun yang sudah rusak.
Bersama arkeolog Brandes Van Erp dan Vink, pada tahun 1911, ia melanjutkan ekspedisi Candi Ngawen yang diperkirakan hancur akibat letusan Gunung Merapi. Candi Ngawen ditemukan di tengah tumpukan pasir setebal 2 meter.
Berdasarkan prasasti Karang Tengah tahun 824 M menunjukkan bangunan suci ini bernama Venuvana yang artinya hutan bambu. Candi ini diperkirakan dibangun oleh Wangsa Syailendra pada abad 8.
Fisik dari Candi Ngawen sendiri hampir menyerupai candi Hindu, karena bentuk yang meruncing. Relief yang terdapat pada Candi Ngawen yaitu relief Kinara-Kinari (penghibur Dewa Kahyangan), Kalamakara (Dewa Waktu) dan terdapat arca Dhyani Buddha Ratnasambawa di candi II dan Dhyani Buddha Amithaba di candi IV yang menjadi bukti bahwa candi ini berlatar agama Buddha.
Yang menjadi keunikan dari Candi Ngawen yaitu terdapat arca singa penjaga candi, mirip seperti patung ikonik Singapura, yang menopang setiap sudut di candi II dan candi IV.
Menurut sumber sejarah, arca seperti ini sulit ditemukan pada candi-candi pada umumnya. Sebagian besar berada di wilayah Mathura, India.
Dari kelima candi tersebut, hanya ada satu candi yang telah dipugar, yaitu candi II pada tahun 1927 sehingga candi ini memiliki komponen yang lengkap. Empat candi lainnya hanya memiliki khaki.
Pengelola Candi Ngawen, Sumantoro, menuturkan beberapa relief dan arca beberapakali mengalami pencurian.
“Tapi itu sudah lama sekali, sekarang penjagaan sudah diperketat," ujarnya.
Fungsi dari Candi Ngawen ini sama dengan candi yang lain, yaitu untuk tempat peribadatan umat Buddha. Perayaan Waisak tahun 2023 mendatang pun direncanakan akan terfokus di Candi Ngawen.
Frekuensi pengunjung tergolong masih rendah. Untuk masuk ke Candi Ngawen pengunjung tidak dipungut biaya, hanya mengisi daftar saja.
"Setelah pandemi tentunya jumlah pengunjung berbeda, lebih banyak. Penduduk lokal saja masih asing dengan Candi Ngawen. Saya berharap Candi Ngawen ini lebih dikenal apalagi ini menjadi ikon Desa Wisata Ngawen," imbuh Sumantoro. (mg1)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: magelang ekspres