Festival Tenun Nusantara di Borobudur Angkat Tenun Sumba

Festival Tenun Nusantara di Borobudur Angkat Tenun Sumba

TENUN. Sosok Fidelis Tasman Amat, maestro wastra tenun Sumba salah satu narasumber di Festival Tenun Internasional 2022 yang berlangsung di Zona 1 Akshobya Kompleks Candi Borobudur.(foto : ika zahara/magelang ekspres)--Magelangekspres.com

KABUPATEN MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID- Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI terus mengembangkan dan melestarikan maha karya kerajinan Nusantara. Salah satunya melalui kegiatan Festival Tenun Nusantara yang dipusatkan di kompleks Candi Borobudur, Rabu, 30 November 2022.

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan bahwa Festival Tenun Nusantara di Magelang ini turut mengangkat destinasi pariwisata super prioritas Borobudur.

"Ini kegiatan mengangkat kembali tradisi wastra Nusantara khususnya tenun Sumba dan itu adalah karya yang luar biasa, di sini hadir para maestro datang jauh dari Sumba," katanya.

Menurut dia, corak keberagaman yang dimiliki kain tenun Sumba bernilai setara dengan emas dan perak. Dengan proses yang cukup lama membuat kain khas Sumba, Nusa Tenggara Timur ini memiliki karakter yang sangat kuat.

Tidak hanya itu, bagi masyarakat Sumba, tenun khas ini bernilai tinggi. Secara kualitas kain Sumba berstandar premium dan biasa. Kualitas ini didasari dari bahan pewarnaan tenun yang masih alami dan ada yang sudah menggunakan bahan kimia.

Kain tenun premium menggunakan warna dari bahan alami (mengkudu), pilihan warna yang bermakna, kepadatan benang dan jenis benang yang dipintal secara manual.

Keistimewaan lainnya yaitu benang didapat dari kapas yang tumbuh dengan sendirinya di tanah Sumba tanpa disengaja untuk menanam biji kapas.

Maestro wastra tenun Sumba, Fidelis Tasman mengatakan para perajin tenun di Sumba mengoleksi apa yang dihasilkan dari alam tanpa merombak alam. "Kapas di Sumba itu tidak dibudidaya, tapi tumbuh sendiri. Ini yang memakan waktu lama harus menyimpan kapas selama 2-3 tahun untuk cukup membuat dua kain baru kita mulai penenunan,” tutur Fidelis, Kamis, 1 Desember 2022.

Untuk menghasilkan kain tenun dibutuhkan kurang lebih empat puluh langkah proses penenunan, hingga mencapai proses akhir yaitu Kabakil yang berarti menyempurnakan. Waktu yang dibutuhkan bahkan mencapai satu tahun.

“Memang dalam proses pembuatan tidak hanya membuat satu produk namun beraneka jenis karena waktu yang dibutuhkan sangat lama,” imbuhnya.

Di wilayah Sumba Timur terdapat lima sentra pengrajin tenun yang di setiap sentra terdapat kampung-kampung kecil. Setiap pengrajin menghasilkan kain tenun yang bervariasi sehingga harga yang ditawarkan juga berbeda.

Sementara itu, fashion designer terkemuka, Edward Hutabarat turut mengapresiasi kain tenun Sumba yang memiliki nilai yang tinggi dan mampu untuk dikenal di dunia internasional.

"Inilah peradaban yang tersisa, mungkin susah untuk mendapat karyanya namun terdapat inspirasi didalamnya. Ini adalah sebuah nilai ekonomi tinggi yang tidak hanya di jual beli biasa," jelasnya.

Ia berpendapat saat ini keberadaan tenun di Sumba sudah maju dan dibutuhkan keterlibatan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan warisan leluhur ini. (mg1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.com