Pupuk Mahal Bukan Alasan, Genta Organik Solusinya

Pupuk Mahal Bukan Alasan, Genta Organik Solusinya

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi saat acara Milenial Agriculture Forum (MAF) Volume 3 Edisi 47 Polbangtan YoMa mengusung Tema Integrated Organic Smart Farming (10/12).--

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Terbatasnya suplai bahan baku pupuk menyebabkan harga pupuk melejit. Menghadapi permasalahan ini, Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) sebagai jawaban kelangkaan pupuk. Pasalnya, keberadaan pupuk organik dipercaya dapat menjaga produktivitas pertanian. 

Menurut Mentan SYL, salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, produksi pertanian bisa ditingkatkan dan pencemaran lingkungan bisa ditekan.

"Jangan pakai pupuk kimia saja, tetapi lebih banyak pupuk organik. Kimia masih mungkin dibutuhkan karena ini berskala ekonomi kan dan beberapa varietas membutuhkan, tetapi kita dahului dengan memberi makan dengan nutrisi dari bahan organik," ucap SYL.

Disampaikan di acara Milenial Agriculture Forum (10/12), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menyebutkan manfaat dari penggunaan pupuk organik.

“Pupuk organik telah terbukti dapat meningkatkan kesuburan tanah, dapat meningkatkan kelembaban tanah, menyediakan unsur hara makro dan mikro, sumber dari segala sumber energi, makanan bagi mikroba. Sedangkan pupuk hayati dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman.” Jelas Dedi.

Melejitnya harga pupuk saat ini disebutkan oleh Dedi sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina. Rusia sebagai produsen potassium terbesar. Dengan kebijakan Rusia untuk membatasi ekspor potassium sebagai bahan pupuk, menyebabkan harga pupuk melejit. Padahal pupuk memberikan kontribusi 15 hingga 75 persen terhadap produktivitas pertanian.

Untuk itu, Ia mengajak petani milenial untuk mencari terobosan baru dalam menjaga produksi.

“Oleh karena itu, kita harus melakukan terobosan. Produksi harus tetap tinggi. Penyubur tanah itu bukan hanya dari pupuk kimia. Ada pupuk hayati, pupuk organik, pembenah tanah. Itu yang harus kita genjot di saat pupuk kimia mahal.” Papar Dedi.

Ia menyebutkan tidak ada alasan untuk mengurangi produksi maupun produktivitas pertanian.

“Pertanian tidak boleh berhenti, pangan tidak boleh berhenti, apapun kondisinya pertanian harus tetap jalan.” Ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur 3 Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YoMa), Budi Purwo Widiarso mengajak mahasiswa, alumni, petani milenial, dan pelaku pertanian lainnya untuk memanfaatkan pupuk organik sebagai salah satu upaya menjaga ketahanan pangan.

“Untuk antisipasi terhadap krisis pangan global, kita perlu melakukan inovasi, dimulai dari pemilihan benih, pupuk, pengolahan.” Jelasnya.

Pada perhelatan Milenial Agriculture Forum (MAF) Volume 3 Edisi 47 ini Polbangtan YoMa mengusung Tema Integrated Organic Smart Farming, Mewujudkan Genta Organik. MAF menghadirkan 5 narasumber dan praktisi yang pro aktif dalam pertanian organik. Sebutlah Aprila Respati – Pendiri Bumi Nararya Farm, Adhie Widiharto – Group Chief Marketing Officer PT. Polowijo Gosari Indonesia, Agus Wibowo – Pendiri PT. Agro Lestari Merbabu, Budi Setyo – P4S Agro Jaya, dan Bestari Sekar Kinasih – Penggiat vermicompos dan vermiwash.

Budi berharap semakin banyak pelaku pertanian yang terinspirasi, dan mulai mengggunakan pupuk organik dalam budidaya pertaniannya.(hms)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: polbangtan yoma