Pendidikan Budaya Butuh Aspek Kolaborasi

Pendidikan Budaya Butuh Aspek Kolaborasi

Novita Rahmah, S.Pd-Istimewa-magelang ekspres

Oleh : Novita Rahmah, S.Pd

MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Menteri Pendidikan Nadhim Anwar Makarim, meluncurkan kurikulum merdeka sebagai sebuah alat yang tepat guna mendukung learning loss recovery akibat pandemi Covid-19. Seperti yang kita tahu, kurikulum merdeka merupakan transformasi pembelajaran yang penting, bukan saja dalam menghadapi pendidikan pasca pandemi tapi juga untuk menghadapi situasi dunia yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk perkembangan penyerapan budaya akan pada generasi muda.

Selain pembelajaran yang menyenangkan berbasis pembelajaran berdiferensiasi, dalam kurikulum merdeka juga terdapat praktik baik guna mendukung terwujudnya implementasi kurikulum merdeka.

Banyak perwujudan praktik baik yang dapat diterapkan di sekolah yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila. Salah satunya adalah dengan mengangkat kearifan lokal setempat menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi anak. Hal tersebut bisa menjadikan siswa lebih berkarakter dan lebih bisa menghargai apa yang sudah diwariskan oleh nenek moyang.

Mudahnya akses internet menjadikan generasi muda memiliki kesempatan yang besar dalam mengakses kebudayaan dari berbagai wilayah dunia. Kemudahan ini juga mengakibatkan penurunan motivasi belajar sangat terasa ketika kita kembali memulai pembelajaran tatap muka setelah pandemi. Anak mendapatkan budaya baru ketika dihadapkan dengan kemudahan akses internet.

Akan tetapi pergeseran budaya ini, menjadi tidak kondusif dikarenakan sebelum terjadinya pandemi, kita tidak dibekali pengetahuan mengenai cara pemakaian internet yang baik dan bermanfaat. Tidak hanya dampak positif, dampak negatif  media sosial yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia, juga turut mempengaruhi perilaku anak.

Berbagai kebudayaan yang tersaji dan terbuka dalam platform sosial media dapat diakses anak anak kapan saja dan dimanasaja. Minat anak bergeser dengan adanya tontonan yang mungkin tidak sesuai dengan kebudayaan daerah. Jika hal ini berlanjut tentunya akan banyak kearifan lokal yang tidak dikenali oleh generasi penerus. Padahal kearifan lokal yang kita miliki adalah identitas yang menjadikan kita memiliki karakter dan jati diri sebagai bangsa.

Di SDN Girirejo Kabupaten Magelang, memiliki peserta didik yang memiliki bakat dan minat yang dalam pada kesenian daerahnya. Terutama dalam tarian daerah yang menjadi khas Kabupaten Magelang, seperti tari topeng ireng, gedruk, warokan, dayakan, jathilan dan kreasi brondut. Hal ini harusnya menjadi sebuah sumber daya yang dimiliki oleh sekolah.

Akan tetapi bakat dan minat ini belum pernah terfasilitasidengan baik, tidak ada yang mengarahkan maupun mendorong untuk berkembang dalam bidang kesenian daerah. Ada sebuah mindset kuno yang menganggap sebuah sekolah kecil tidak akan mampu mengadakan sebuah program yang berdampak pada siswa.

Sebuah kebiasaan pemikiran yang masih berorientasi bahwa keterbatasan sumber daya yang kita miliki menjadi sebuah masalah, bukan sebagai peluang dalam berkembang. Padahal jika kita mau melihat dari sudut pandang yang berbeda, apa pun yang kita miliki dapat menjadi sebuah kekayaan jika dapat mengolah dengan baik.

Belum mampunya sekolah dalam memaksimalkan potensi dan sumber daya yang miliki, membuat proses pembelajaran peserta didik tidak berjalan maksimal. Pengalaman nyata dalam pembelajaran belum terlihat secara utuh. Selain itu bakat dan minat anak tidak tersalurkan dengan baik. Anak hanya terfokus pada pembelajaran akademik. Ini tentunya menjadi sebuah hal yang merugikan peserta didik.

Sumber daya yang utama dalam sekolah tidak lepas dari keterkaitan dan peran wali siswa, sebuah praktik baik tentunya harus dikolaborasikan dengan berbagai stakeholderyang ada di sekitar lingkungan sekolah. Komunikasi yang baik akan menjadi pengantar bagi sebuah hubungan simbiosis mutualisme.

Hal ini terbukti di SDN Girirejo Kabupaten Magelang, dengan terlaksananya sebuah agenda pentas seni dengan tema yaitu “Semarak Metamorfosa dalam berkarya”. Sebuah praktik baik dimana kerjasama antara sekolah, wali siswa, masyarakat menjadi kunci keberhasilan.

Langkah awal dari kegiatan ini adalah berkomunikasi dengan wali siswa. Menyampaikan potensi yang dimiliki oleh anak anak yang dapat dikembangkan. Selain itu, orang tua harusnya diikutsertakan dalam kegiatan, tidak hanya dibebani dengan biaya.

Mengikutsertakan wali siswa dan masyarakat dalam susunan kepanitiaan menjadi sebuah aspek penting dalam keberlangsungan kegiatan. Dengan adanya kerjasama, memungkinkan untuk mencari dan mendapatkan sponsorship guna menyelesaikan masalah keterbatasan biaya.

Tentunya bukan hal yang singkat untuk dapat membangun komunikasi yang baik. Perlu konsistensi dan kesinambungan di setiap program sekolah. Ketika sebuah komunikasi telah terbangun maka akan mudah dalam bekerja sama. Berbagi kegiatan anak selama pembelajaran merupakan langkah baik dalam menjalin komunikasi dengan orang tua.

Mereka kita ajak dalam memantau dan mengenal lebih dalam  perkembangan potensi anak, baik potensi akademik maupun non akademik. Ketika kerja sama telah terbangun, stigma negatif bahwa orang tua hanya sebatas menitipkan sepenuhnya anaknya di sekolah, akan terbantahkan.

Orang tua akan semakin memahami anaknya, memahami karakter dan kemampuannya, sehingga tidak lagi menjadi orang tua yang selalu memaksakan arus atau tujuan hidup yang tidak sesuai dengan potensi, bakat dan minat anak.

Adanya kegiatan pentas seni yang menampilkan kearifan lokal daerah berupa warokan, gedruk, tari topeng ireng, dayakan, dan lain lain, menyadarkan bahwa sebagian peserta didik memiliki bakat yang luar biasa dan memiliki antusiasme yang tinggi akan kesenian. Anak anak dengan kemampuan akademik yang dinilai kurang, ketika adanya kegiatan ini, muncul menjadi sosok yang berbeda yang memiliki bakat luar biasa dalam kesenian.

Anggapan bahwa anak yang pintar hanyalah anak yang memiliki nilai tinggi dalam akademik saja, harus mulai kita kikis. Setiap anak memiliki keunikan dan karakternya masingmasing. Mereka telah dibekali dengan bakat, minat dan kemampuan yang berbeda beda. Perkembangan karakter tersebut akan lebih maksimal jika difasilitasi, bukan dibatasi dengan menyamaratakan kemampuan anak dalam satu bidang saja.

Sebuah praktik baik tentunya harus berkesinambungan dan berkelanjutan, kegiatan pentas seni ini merupakan titik balik bagi sekolah untuk mengembangkan program yang ada. Muara dari praktik baik ini adalah terwujudnya sebuah ektrakurikuler yang mempelajari kearifan lokal yang ada. Ektra kurikuler ini tentunya bekerjasama dengan wali siswa dan juga sebuah komunitas kesenian di daerah Kabupaten Magelang yang menjungjung tinggi kelestarian kearifan lokal.

Program ini adalah program yang berdampak pada siswa. Siswa akan belajar kesenian dengan tanggung jawab dan kemandiriannya. Menyiapkan mereka sebagai generasi penerus yang akan mampu melestarian kearifan lokal yang ada, dan mampu mengintegrasikan budaya luar dengan budaya asli Indonesia.

Selain itu tujuan jangka panjangnya adalah, menjembatani anak agar dapat menjadikan bakat dan minatnya menjadi sumber penghasilan ekonomi. Bekerja sesuai kemampuan dan kemauan, sehingga dalam bekerja, dapat memaksimalkan hasil pekerjaannya. Lebih jauhnya, dapat menciptakan generasi baru yang ikut andil dalammembangun sektor ekonomi kebudayaan. (*)

Penulis : Guru SDN Girirejo Kabupaten Magelang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: magelangekspres.id