Seniman Ungkap Borobudur yang Dulu Dikelilingi Sungai Purba, Tapi Kini Kering Semua

Seniman Ungkap Borobudur yang Dulu Dikelilingi Sungai Purba, Tapi Kini Kering Semua

Borobudur digambarkan AI dikelilingi sungai purba--

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES.DISWAY.ID - Satu mata air di kawasan wisata Candi Borobudur kini tak mengalir lagi. Fakta ini menjadi keprihatinan berbagai pihak salah satunya Komunitas Kali Sileng (KKS). Mereka menyayangkan matinya sumber mata air ini karena pencemaran lingkungan yang marak terjadi di area Borobudur.

Sejumlah aktivis, seniman, hingga budayawan merasa prihatin sumber air yang sejatinya untuk kehidupan manusia dan seluruh ekosistem di dalamnya, justru kini hilang begitu saja.

Wujud keprihatinan itu mereka tuangkan saat menggelaar sarasehan memperingati Hari Sungai tahun 2023 di bantaran Kali Sileng, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Kamis 27 Juli 2023 lalu.

Mereka turut menyampaikan orasi di tepi Sungai Purba Candi Borobudur.

Koordinator KKS, Lukman Fauzi mengatakan, kondisi kian memprihatinkan karena Kali Sileng saat ini dalam kondisi kritis.

"Penyebabnya adalah karena kita kurang perhatian. Termasuk pemerintah dan perilaku masyarakat yang tidak bertanggungjawab," ujarnya.

BACA JUGA:Fakta Candi Borobudur Dikelilingi Danau Purba yang Kering Sejak Tahun 660 M

Dia menduga, rusaknya eksositem di kawasan Candi Borobudur juga ditengarai pembangunan hotel dan penginapan yang kurang memperhatikan dampak lingkungan.

"Terlebih banyaknya pengeboran sumur, sehingga sejumlah mata air di kawasan Candi Borobudur menjadi kering," imbuhnya.

Dari pengamatan pihaknya, fakta mencengangkan rusaknya lingkungan sudah dalam tahapan kritis. Ia menyebut, kawasan Tuk Songo, yang tadinya berjumlah 9 titik, kini tersisa tiga mata air saja.

“Dulu kawasan ini cukup melimpah sumber airnya, tapi karena perilaku manusia yang tidak peduli lingkungan, Tuk Songo (9 mata air) saat ini tinggal tuk telu (3 mata air),” kata dia.

BACA JUGA:Fakta Terbaru! Candi Borobudur Bukan Candi Tapi Teratai Raksasa di Atas Air

Lukman berpendapat, krisis air di kawasan Borobudur, utamanya Kali Sileng harus mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Selain itu, masyarakat juga perlu mengerti literasi agar dapat ikut menjaga pelestarian alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: