Fakta Tentang Gunung Tidar, Pernah Jadi Hutan Gundul

Fakta Tentang Gunung Tidar, Pernah Jadi Hutan Gundul

(Kiri) foto Gunung Tidar diambil di tahun 1930-dokumen KTM. (Kanan) Gunung Tidar tahun 2020 (dok : Magelang Ekspres)--

MAGELANG, MAGELANGEKSPRES Gunung Tidar adalah sebuah bukit yang berada tepat di tengah Kota Magelang. Jika ada anggapan bahwa usia pohon-pohon di sana adalah ratusan tahun ternyata itu adalah kesalahan besar. Faktanya Gunung Tidar pernah menjadi hutan gundul.

Gunung Tidar yang diyakini merupakan titik tengah pulau Jawa ini pernah mengalami penebangan hutan. Dan baru direboisasi pada tahun 1960-an.

Dilansir dari berbagai sumber Gunung Tidar yang kita lihat sekarang dahulu adalah bukit gundul yang ditumbuhi rumput liar.

BACA JUGA:Kisah Dibalik Pesona Gunung Tidar Magelang, Disebut Jadi Gunung Paling Angker dan Tempat Cari Pesugihan

Di kawasan Gunung Tidar menurut koran Nieuwsgier-Otchtendblad Voor Indonesie edisi 14 Agustus 1953, penanaman pohon di Gunung Tidar dimulai pada tahun 1953.

Sejak pecahnya perang Jawa 1825-1830 yang dipimpin Pangeran Diponegoro Gunung Tidar dijadikan benteng pertahanan Hindia Belanda terhadap aksi perlawanan Pangeran Diponegoro dan prajuritnya.

BACA JUGA:Banyak yang Mengira Kyai Sepanjang di Gunung Tidar Magelang Itu Adalah Tokoh, Ternyata Inilah Sosoknya

Belanda kemudian membangun benteng dan tangsi-tangsi militer guna menghambat laju Pangeran Diponegoro bersama prajuritnya.

Oleh sebabnya, Gunung Tidar saat itu dibiarkan gundul dan hanya ditumbuhi semak belukar.

Memasuki era setelah berakhirnya perang jawa, kawasan Gunung Tidar masih sering digunakan untuk latihan militer dan kegiatan lain yang berhubungan dengan acara resmi pemerintah Hindia Belanda.

BACA JUGA:Kirab Gunungan di Puncak Gunung Tidar Meriahkan Malam Satu Suro di Magelang

Melansir dari laman Kota Toea Magelang, Gunung Tidar acap dibuat perayaan-perayaan tertentu.

Sebagai contoh foto parade serdadu KNIL yang mengadakan peringatan Koninginnedag (Queen’s Day, Hari Ratu), ulang tahun Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus sekitar tahun 1920-an.

Para peserta parade, baik penunggang kuda maupun yang serdadu biasa berdiri berjajar dengan mengenakan pakaian milliter khas kerajaan Eropa, lengkap dengan selempang di pundak, pedang di pinggul kiri, dan topi bermahkota jambul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: