Terungkap! Alasan Bupati Temanggung Agus Gondrong Tak Pernah Lepas Ikat Kepala

Terungkap! Alasan Bupati Temanggung Agus Gondrong Tak Pernah Lepas Ikat Kepala

IKAT KEPALA. Agus Gondrong bersama puluhan orang dengan mengenakan ikat kepala nan identik, duduk bersila mengelilingi berbagai sesajian mulai tumpeng, ingkung, hingga aneka jajanan pasar.-Media Center Temanggung-

TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.ID - Angin malam yang menusuk tulang berpadu dengan harum kemenyan dan lantunan doa lirih, menandai dimulainya prosesi adat “Kirab Sesaji Puji Jagad” di Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Minggu, 8 Juni 2025 malam. 

Dalam suasana khidmat itu, tampak puluhan orang duduk bersila mengelilingi sesaji yang terdiri dari tumpeng, ingkung, dan aneka jajanan pasar, semuanya mengenakan ikat kepala khas Temanggung.

Namun perhatian publik tertuju pada satu sosok: Bupati Temanggung, Agus Setyawan, atau yang lebih dikenal dengan julukan Agus Gondrong

Ia duduk bersahaja bersama warga dan para sesepuh desa, mengenakan iket kepala serupa. 

Bagi masyarakat awam, ini mungkin tampak biasa saja. Tapi bagi warga Temanggung, ikat kepala itu bukan sekadar pelengkap penampilan.

BACA JUGA:Tangis Bupati Agus Gondrong Pecah Kala Eks Napiter asal Temanggung Ikrar Setia Kepada NKRI

Bupati Agus akhirnya mengungkap alasan di balik penampilannya yang konsisten: ikat kepala khas Temanggungan yang nyaris selalu melekat di kepalanya, baik dalam forum formal pemerintahan maupun kegiatan santai sehari-hari. 

Ikat kepala tersebut, ternyata, bukan sembarang aksesori, melainkan simbol kecintaan terhadap budaya lokal.

"Desa Legoksari adalah salah satu inspirasi saya, termasuk dalam hal penggunaan ikat kepala ini. Teknologi boleh maju, tapi jangan sampai menghapus tradisi kita yang adi luhung," ungkap Agus.

Lebih dari sekadar atribut tradisional, ikat kepala baginya adalah pernyataan identitas dan ajakan agar masyarakat tak melupakan akar budaya mereka. Agus Gondrong ingin menunjukkan bahwa warisan budaya bukan untuk dipajang di museum, tapi untuk dikenakan, dijalani, dan dibanggakan.

BACA JUGA:Bupati Temanggung Agus Gondrong Larang Keras Pungli di Sekolah Jelang PPDB 2025

Tradisi mengenakan ikat kepala di Temanggung sendiri sudah berlangsung secara turun-temurun. Hal ini ditegaskan oleh Tri Supono, salah satu perangkat Desa Legoksari. 

Ia menjelaskan, iket sudah digunakan sejak dahulu kala, baik saat berladang, menghadiri acara desa, hingga prosesi adat seperti malam itu.

"Iket Temanggungan punya bentuk khas, bagian depannya agak lancip. Itu melambangkan permohonan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa," tutur Tri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: Media Center Temanggung