Khidmat Tradisi Ganti Kelambu Makam Ki Ageng Makukuhan, Harapan Petani Tembakau untuk Berkah Panen

TRADISI. Bupati Temanggung mengikuti prosesi tradisi khoul di Makam Ki Ageng Makukuhan, Desa Wonosari Kecamatan Tlogo Mulyo, Jumat kemarin. -SETYO WUWUH-TEMANGGUNG EKSPRES
TEMANGGUNG, MAGELANGEKSPRES.ID - Ribuan warga lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Desa Wonosari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, dengan khidmat mengikuti prosesi pergantian kelambu (lurup) makam Ki Ageng Makukuhan.
Tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian Khoul Ki Ageng Makukuhan, yang telah berlangsung turun-temurun sebagai bentuk penghormatan kepada sosok penyebar Islam sekaligus penggerak pertanian, khususnya tembakau, di wilayah Kedu Raya.
Pergantian lurup ini bukan sekadar seremonial bagi petani tembakau, prosesi tersebut sarat makna spiritual dan harapan.
BACA JUGA:Petani Tembakau Temanggung Minta Bantuan Mesin Pengering Hadapi Kemarau Basah 2025
Melalui doa bersama yang digelar usai pergantian kelambu, para petani berharap panen raya tembakau yang segera datang dapat membawa berkah melimpah dan hasil terbaik.
Tradisi diawali dengan Kirab Pikukuh Syuro yang dipimpin oleh Kepala Desa Wonosari, Agus Parmuji, bersama Bupati Temanggung, Agus Setyawan.
Ratusan warga turut serta dalam kirab tersebut, membawa kelambu baru penutup makam, gunungan hasil bumi, tumpeng robyong, serta perlengkapan kesenian seperti wayang kulit dan perangkat gamelan.
BACA JUGA:Bupati Temanggung Lobi Wamenkeu dan Bea Cukai Demi Selamatkan Petani Tembakau Jelang Panen Raya 2025
Kirab dimulai dari rumah Kepala Desa dan berakhir di pelataran Bumi Makukuhan.
Di tempat ini, digelar ritual jamason bondho desa, yakni pencucian simbolik berbagai benda pusaka dan alat pertanian, seperti alat rajang (srobong) tembakau, jaran kepang, hingga gong.
Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke kompleks makam Ki Ageng Makukuhan untuk melaksanakan pergantian lurup lama dengan yang baru.
BACA JUGA:Petani Tembakau Temanggung Terancam Terpuruk: Gudang Garam Tak Lagi Serap Panen 2025
Seluruh prosesi ditutup dengan doa bersama dan bacaan tahlil, sebagai wujud syukur dan permohonan berkah kepada Allah SWT.
“Tradisi ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kami, khususnya setiap Kamis di minggu kedua bulan Muharam. Ini bentuk penghormatan kepada Ki Ageng Makukuhan atas jasa beliau dalam dakwah Islam, pertanian, dan kesenian,” ujar Kepala Desa Wonosari, Agus Parmuji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: temanggung ekspres