Pelajaran Berharga tentang 7 Perbandingan Ilmu dan Harta dari Ibnul Qayyim
Pelajaran Berharga tentang 7 Perbandingan Ilmu dan Harta dari Ibnul Qayyim--
MAGELANGEKSPRES.ID-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Hakim bin Hizam,
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” (HR. Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1035).
Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan pelajaran berharga tentang perbandingan harta dengan ilmu yang kita miliki.
BACA JUGA:Lima Perkara Ghaib, Kuncinya Dipegang Allah
Ada 7 poin penting mengenai perbandingan ilmu dan harta yang harus dicamkan.
1.Orang kaya harta mengharuskan dirinya berbuat baik kepada orang lain,
hingga ia dihadapkan pada dua kemungkinan,
yaitu (1) menutup pintu kebaikan itu atau
(2) membukanya. Jika menutup pintu berbuat baik kepada orang lain, ia dikenal sebagai orang yang jauh dari kebaikan dan manfaat sehingga ia dibenci, dicela, lagi dihina banyak orang sehingga hatinya merasa pedih, duka, dan pilu. Sedangkan, jika ia membuka pintu kebaikan dan berbagi dengan orang lain, tetap saja ia tidak akan mampu melakukannya kepada semua orang. Ia hanya bisa berbuat baik kepada sebagian orang.
Cara seperti ini tentu saja akan membuka pintu permusuhan serta celaan orang miskin dan orang yang tidak dibantu.
Kekurangan-kekurangan semacam ini tidaklah menimpa orang yang kaya ilmu. Orang yang berilmu bisa membagikan ilmunya kepada semua orang. Ilmu yang telah dibagikan darinya justru tetap utuh dan tidak pernah lenyap.
Bahkan, ia seperti berbisnis dengan ilmu yang diberikannya. Seperti orang kaya yang memberikan hartanya kepada orang fakir, lantas harta tersebut dipakai untuk berdagang, sehingga si fakir menjadi orang kaya seperti dirinya.
2. Mengumpulkan harta itu disertai tiga kesusahan hidup,
yaitu: (1) penyakit dan ujian sebelum punya harta,
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: